LONDON, KOMPAS.com - Tim insinyur manufaktur Mercedes Formula One (F1) bekerja sama dengan ahli klinis dan insinyur-insinyur dari universitas di London.
Mereka bekerja sama dalam mendesain alat bantu pernapasan untuk pasien virus corona yang nantinya bisa diproduksi massal.
Pengembangan produk ini juga bisa mengurangi kebutuhan tim medis dalam penggunaan ventilator.
Alat yang bernama The Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) adalah mesin yang direkomendasikan oleh Badan Regulator Pengobatan dan Produk Kesehatan Inggris.
Baca juga: Momen Langka, Inilah 4 Pidato Kenegaraan Ratu Elizabeth II Selama 68 Tahun Bertakhta
Hal itu berdasarkan pernyataan Universitas College London Hospital (UCLH) yang juga berpartisipasi dalam proyek tersebut.
Meski begitu, CPAP telah digunakan sebelumnya di beberapa rumah sakit di China dan Italia untuk merawat pasien virus corona.
Laporan yang didapat dari perawatan yang menggunakan alat itu adalah mampu meminimalisir penggunaan ventilator.
Ventilator merupakan salah satu alat medis yang banyak dibutuhkan namun jumlahnya tidak banyak. Inggris termasuk negara yang kekurangan ventilator.
Baca juga: Meski Terinfeksi Virus Corona, PM Inggris Boris Johnson Tetap Bekerja Keras
Profesor Mervyn Singer, seorang konsultan perawatan kritis dari Universitas College London Hospital mengatakan kalau CPAP dapat membantu menyelamatkan banyak nyawa.
Pasien non-kritis yang memakai CPAP secara otomatis memastikan penggunaan ventilator hanya diperuntukkan bagi mereka yang menghadapi masa kritis.
Mesin CPAP memungkinkan siklus udara yang dihirup pasien selalu dalam kondisi baik dan meningkatkan jumlah oksigen masuk ke paru-paru dengan mendorong udara juga oksigen melalui mulut juga hidung.
Berdasarkan pernyataan yang ada, sekitar 100 dari mesin yang ada telah diuji coba klinis di UCLH.
Baca juga: 100 Rekan Sejawatnya Meninggal karena Virus Corona, Dokter dan Perawat di Italia Trauma
Profesor Tim Baker dari UCLH mengatakan bahwa proses yang mestinya memakan waktu bertahun-tahun ini bisa selesai hanya dalam beberapa hari.
Proses cepat itu tentu berkat kerja keras tim sepanjang waktu yang membongkar dan menganalisis kondisi mesin sebelumnya dengan penggunaan simulasi komputer untuk menciptakan versi canggih yang mampu diproduksi massal.
Setelah uji coba klinis, Mercedes dan tim F1 bisa memproduksi sebanyak 1.000 alat bantu tersebut per harinya.