Sebagian besar tinggal di kamp-kamp yang dikuasai oleh faksi-faksi Palestina di luar jangkauan pasukan keamanan Lebanon.
Baca juga: Suriah Umumkan Kasus Infeksi Pertama Virus Corona, Bashar Al-Assad Keluarkan Amnesti Tahanan
Namun perkiraan tidak resmi mengatakan pengungsi Palestina bisa berjumlah 500.000 orang.
Lalu dari 1,5 juta pengungsi Suriah, Lebanon mengatakan mereka telah menampungnya sejak perang saudara pecah di negara tetangga 9 tahun lalu.
Hampir 1 juta di antaranya terdaftar di UNHCR sebagai pengungsi, menurut pemberitaan AFP.
Sebagian besar pengungsi Suriah hidup dalam kemiskinan parah, dan hanya mengandalkan bantuan untuk bertahan hidup.
Baca juga: 9 Tahun Perang Suriah Renggut 384.000 Nyawa
PBB telah berjanji untuk membayar tes atau rawat inap jika diperlukan di kalangan pengungsi kedua negara itu.
Upaya-upaya untuk memperkuat rumah sakit di Lebanon juga sedang digalakkan, karena setiap peningkatan kasus di kalangan pengungsi akan semakin membebani sistem perawatan kesehatan Lebanon.
"Kami bekerja dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat untuk membantu rumah sakit," kata juru bicara UNHCR Lisa Abou Khaled.
Baca juga: Di Tengah Wabah Virus Corona, Israel Masih Gempur Palestina
"Kami akan mendirikan bangsal tambahan dengan tempat tidur tambahan."
"Termasuk unit perawatan intensif tambahan, sehingga ada kapasitas respons yang memadai untuk semua masyarakat."
Terlepas dari semua persiapan ini, organisasi non-pemerintah khawatir ada diskriminasi terhadap pengungsi yang akan menjadi masalah tambahan.
Populasi Lebanon telah membengkak sepertiga sejak perang Suriah pada 2011. Saat itu Lebanon berpenduduk 4,5 juta orang.
Baca juga: Palestina Laporkan Kematian Pertama akibat Wabah Virus Corona
Banyak orang Lebanon menuding pengungsi Suriah sebagai biang permasalahan ekonomi negaranya.
Sementara itu pihak berwenang kerap mendorong para pengungsi Suriah untuk kembali ke negara asalnya.
"Yang terpenting bagi kami adalah memastikan orang tidak mulai menyembunyikan gejala atau menghindar mencari pengobatan karena diskriminasi dan stigma yang ada," ungkap advokasi dan penasihan informasi NRC di Lebanon, Elena Dikomitis.
Baca juga: Tetap Menikah di Tengah Virus Corona, Pasangan di Palestina Ini Pakai Masker