Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Mengintai di Kamp Pengungsian Palestina dan Suriah yang Kumuh

Kompas.com - 05/04/2020, 15:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BEIRUT, KOMPAS.com - Ratusan ribu pengungsi Palestina dan Suriah tinggal di kamp-kamp pengungsian yang padat dan kumuh di Lebanon. Virus corona mengintai di balik lingkungan itu.

Lebanon adalah rumah bagi puluhan ribu warga Palestina di kamp-kamp pengungsian selama beberapa dekade, dan telah menjadi lingkungan yang ramai.

Sedikitnya 1,5 juta warga Suriah juga mengungsi di sana, melarikan diri dari perang yang berkecamuk di negaranya.

Sejauh ini 1 warga Palestina yang tinggal di luar kamp dan 3 warga Suriah positif Covid-19.

Baca juga: Wabah Corona, Israel-Palestina Pertimbangkan Pertukaran Tahanan

Sementara itu di Lebanon sendiri terdapat 520 kasus dan 17 korban meninggal dunia, menurut keterangan pejabat negara yang dikutip dari AFP.

Pengungsi Palestina dan Suriah yang tinggal di kamp-kamp kumuh dan sempit ini, sangat rentan terkena penyakit termasuk Covid-19.

"Perhatian utama tetap... penyebaran virus corona di kamp-kamp pengungsian Palestina yang penuh sesak di mana ada kemungkinan yang sangat terbatas untuk isolasi di rumah," kata Huda Samra, juru bicara badan pengungsi UNRWA.

Menurut perempuan itu, UNRWA sedang berusaha mendirikan "pusat isolasi" di dalam kamp sebagai tempat karantina bagi siapa pun yang membutuhkan.

Baca juga: Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: Israel dan Palestina Bersatu Tangani Covid-19

Fasilitas serupa juga sedang dibuat untuk warga Suriah yang tinggal di dekat lautan dalam tenda kanvas, kata badan pengungsi PBB UNHCR.

Namun untuk kasus yang memburuk harus dievakuasi ke unit perawatan intensif Lebanon, yang dikhawatirkan tidak bisa menampung banyak.

Kirim bantuan

Organisasi bantuan juga telah meningkatkan kesadaran di antara pengungsi Suriah dan Palestina untuk menjaga kebersihan.

Dewan pengungsi Norwegia mengatakan telah meningkatkan pengiriman air dan menyuplai sabun serta pemutih.

Baca juga: Suriah Laporkan Kasus Kematian Pertama Akibat Virus Corona

Mobil-mobil yang dilengkapi pengeras suara juga berkeliling di seputar kamp Palestina, menyerukan pentingnya mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah.

Seorang fotografer AFP baru-baru ini melihat sukarelawan memakai baju hazmat warna biru menyemprotkan disinfektan di jalan-jalan sempit kamp Shatila yang suram di Beirut.

Lebih dari 174.000 warga Palestina tinggal di Lebanon, menurut data resmi.

Sebagian besar tinggal di kamp-kamp yang dikuasai oleh faksi-faksi Palestina di luar jangkauan pasukan keamanan Lebanon.

Baca juga: Suriah Umumkan Kasus Infeksi Pertama Virus Corona, Bashar Al-Assad Keluarkan Amnesti Tahanan

Namun perkiraan tidak resmi mengatakan pengungsi Palestina bisa berjumlah 500.000 orang.

Lalu dari 1,5 juta pengungsi Suriah, Lebanon mengatakan mereka telah menampungnya sejak perang saudara pecah di negara tetangga 9 tahun lalu.

Hampir 1 juta di antaranya terdaftar di UNHCR sebagai pengungsi, menurut pemberitaan AFP.

Sebagian besar pengungsi Suriah hidup dalam kemiskinan parah, dan hanya mengandalkan bantuan untuk bertahan hidup.

Baca juga: 9 Tahun Perang Suriah Renggut 384.000 Nyawa

PBB telah berjanji untuk membayar tes atau rawat inap jika diperlukan di kalangan pengungsi kedua negara itu.

Upaya-upaya untuk memperkuat rumah sakit di Lebanon juga sedang digalakkan, karena setiap peningkatan kasus di kalangan pengungsi akan semakin membebani sistem perawatan kesehatan Lebanon.

"Kami bekerja dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat untuk membantu rumah sakit," kata juru bicara UNHCR Lisa Abou Khaled.

Baca juga: Di Tengah Wabah Virus Corona, Israel Masih Gempur Palestina

"Kami akan mendirikan bangsal tambahan dengan tempat tidur tambahan."

"Termasuk unit perawatan intensif tambahan, sehingga ada kapasitas respons yang memadai untuk semua masyarakat."

Diskriminasi

Terlepas dari semua persiapan ini, organisasi non-pemerintah khawatir ada diskriminasi terhadap pengungsi yang akan menjadi masalah tambahan.

Populasi Lebanon telah membengkak sepertiga sejak perang Suriah pada 2011. Saat itu Lebanon berpenduduk 4,5 juta orang.

Baca juga: Palestina Laporkan Kematian Pertama akibat Wabah Virus Corona

Banyak orang Lebanon menuding pengungsi Suriah sebagai biang permasalahan ekonomi negaranya.

Sementara itu pihak berwenang kerap mendorong para pengungsi Suriah untuk kembali ke negara asalnya.

"Yang terpenting bagi kami adalah memastikan orang tidak mulai menyembunyikan gejala atau menghindar mencari pengobatan karena diskriminasi dan stigma yang ada," ungkap advokasi dan penasihan informasi NRC di Lebanon, Elena Dikomitis.

Baca juga: Tetap Menikah di Tengah Virus Corona, Pasangan di Palestina Ini Pakai Masker

Human Rights Watch mengatakan beberapa kota Lebanon telah memberlakukan jam malam untuk membatasi pergerakan para pengungsi Suriah.

Tindakan semacam itu telah diperingatkan karena dapat menghambat proses perawatan.

Pengungsi Palestina seperti halnya pengungsi Suriah hidup berdampingan dari upah harian.

Baca juga: PBB: Rusia Dituding Lakukan Kejahatan Perang di Suriah

Kini lockdown nasional untuk membendung penyebaran Covid-19 telah lebih lanjut menghantam perekonomian dan menghambat askes mereka ke pekerjaan.

Sebagai bagian dari rencana bantuan darurat, UNRWA akan mendistribusikan sejumlah bantuan tunai terbatas dalam beberapa minggu mendatang, kata Samra dari UNRWA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com