Relawan itu juga terdiri dari dokter yang bertanggung jawab memeriksa obat yang diminta adalah asli.
"Orang dengan HIV merespon dengan sangat hangat akan ajakan donasi obat-obat mereka." Ungkap Li, "Kami merasa hal ini sangat bermakna karena Kaletra mampu menyembuhkan penyakit (dari virus corona) dan mengurangi jumlah orang yang punya gejala ringan sebelum menjadi serius."
Mulanya Li mengirimkan sebanyak 60 pil kepada tiap pasien dengan perhitungan konsumsi sebanyak dua kali sehari, dua pil sekali minum tanpa diketahui sampai seberapa lama harinya.
Namun setelah Komisi Kesehatan Nasional memberikan panduan yang ditetapkan pada 19 Februari bahwa setiap pasien harus mengonsumsi obat tidak lebih dari 10 hari,Li mengurangi jumlah pil menjadi 40 pil.
Sejauh ini, sebanyak 220 orang telah menerima obat HIV.
Untuk mendapatkan obat ini, Li mengatakan kalau tiap pasien virus corona membutuhkan dokumen rumah sakit yang menunjukkan mereka memiliki virus tersebut dan juga resep dokter untuk kualifikasi pengiriman.
Dia juga meminta kepada tiap pemohon (pasien) untuk menandatangani sebuah surat dan menanggung semua resiko atau efek dari obat tersebut.
Baca juga: Negara-negara di Timur Tengah ini Positif Terjangkit Virus Corona
Dengan begitu, artinya Li juga mengerti resiko dipenjara jika pemohon mengalami efek samping.
Distribusi obat tanpa lisensi juga bisa membuatnya dipenjara selama lima tahun.
Sementara ini, Komisi Kesehatan Nasional masih mengoleksi data dari uji klinis dari berbagai perawatan termasuk penggunaan Kaletra.
Meski begitu, seorang dokter spesialis penyakit infeksi dari Shanghai terkejut bahwa pemerintah China belum campur tangan terkait aktivitas platform Andy Li yang tidak memiliki lisensi pengiriman obat.
"Dia bukan seorang petugas medis profesional. Dia tidak bisa menjamin tiap orang mendapatkan perawatan yang dibutuhkan dan juga mendapatkan obat dengan cara yang tepat." Ujar dokter yang tak ingin disebutkan namanya.
Pengobatan dengan pil HIV plus bahkan dianggap tidak efektif jika tidak berdasarkan prosedur.
Li sendiri mengakui bahwa pemerintah sejauh ini memang tidak melarang aktivitasnya. Dia melakukan semua ini semata-mata karena keinginan menolong.
"Hanya dari sebuah komunitas pasien kepada komunitas lainnya." Ujar Li. "Jika tindakan saya mampu mengubah anggapan publik terkait orang dengan HIV/AIDS, itu baik. Namun sampai saat ini, tujuan saya tidak lebih dari sekedar menolong yang lain."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.