Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alaska Konfirmasi Kasus Pasien Meninggal karena Cacar Alaska

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pejabat kesehatan Alaska Amerika Serikat mengonfirmasi kasus cacar Alaska yang pertama dan fatal di negara tersebut.

Laporan dari Anchorage Daily News, ada seorang pria lanjut usia dengan sistem imun lemah dari semenanjung Kenai, selatan Anchorage, meninggal saat menjalani perawatan pada akhir Januari kemarin.

"Dia adalah satu dari tujuh kasus infeksi cacar Alaska yang dilaporkan," kata Departemen Kesehatan Masyarakat Alaska dalam pengumumannya pada hari Jumat (9/2/2024).

"Masyarakat tidak perlu khawatir, namun lebih waspada," kata Julia Rogers, ahli epidemiologi negara bagian, dikutip dari New York Post pada Minggu (11/2/2024).

Ia berharap dapat membuat para dokter lebih mengetahui apa itu virus cacar Alaska, sehingga mereka dapat mengidentifikasi tanda dan gejalanya.

Diketahui, virus DNA beruntai ganda yang berasal dari genus yang sama dengan cacar, cacar monyet, dan cacar sapi, pertama kali diidentifikasi pada orang dewasa di Fairbanks, Alaska pada 2015. Virus ini paling umum terjadi pada mamalia kecil, seperti tikus.

Kasus fatal ini yang pertama kali diidentifikasi di luar wilayah pedalaman Alaska, membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk didiagnosis.

Sebab, kasus cacar Alaska sebelumnya hanya menunjukkan gejala ringan pada pasien, dan biasanya berupa ruam lokal serta pembengkakan kelenjar getah bening.

"Pasien lain yang didiagnosis mengidap virus tersebut tidak memerlukan pengobatan, namun mereka semua memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat," kata pejabat kesehatan.

Para pejabat mengatakan kondisi imunitas pria tersebut kemungkinan besar berkontribusi terhadap kematiannya. Bagaimana dia tertular virus masih belum jelas.

Diketahui, pria itu tinggal sendirian di hutan dan melaporkan tidak ada perjalanan baru-baru ini.

Para pejabat mengatakan ada kemungkinan dia tertular cacar Alaska dari kucing yang tinggal bersamanya yang sering berburu mamalia kecil dan mencakarnya ketika gejalanya mulai muncul.

Kucing itu dinyatakan negatif terkena virus, tetapi virus itu bisa dimungkinkan menyebar dari cakarnya.

Pada bulan September, pria tersebut melihat benjolan merah di ketiak kanannya dan diberi resep antibiotik. Namun enam minggu kemudian, gejalanya semakin bertambah dan mencakup rasa lelah dan nyeri.

Dia dirawat di rumah sakit di Anchorage dan menjalani tes pada Desember dan dinyatakan positif terkena cacar sapi.

Pengujian tambahan yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa penyakit tersebut sebenarnya adalah cacar Alaska.

Seminggu kemudian kondisinya membaik setelah pengobatan intravena, namun ia meninggal pada akhir Januari setelah mengalami gagal ginjal dan pernapasan.

https://www.kompas.com/global/read/2024/02/11/223100470/alaska-konfirmasi-kasus-pasien-meninggal-karena-cacar-alaska

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke