YANGOON, KOMPAS.com - Perlintasan perbatasan Myanmar-China yang penting untuk perdagangan telah dibuka kembali sebagian.
Gerbang perbatasan antara Kota Ruili di China dan Kota Muse di Myanmar tersebut telah ditutup bertahun-tahun akibat pandemi Covid-19, tepatnya sejak April 2020.
Sebelum wabah virus corona melanda, pos pemeriksaan Muse-Ruili termasuk salah satu pos pemeriksaan tersibuk di Asia Tenggara.
“Salah satu gerbang perbatasan Kota Muse dibuka pada Sabtu (14/1/2023) pukul 07.00 (12.30 GMT),” kata Wakil ketua Bursa Komoditas Padi Muse, U Min Thein, pada Minggu (15/1/2022).
Dia menyebut, enam truk telah melakukan perjalanan bergiliran di perlintasan Mang Wein.
"China hanya mengizinkan kami mengekspor makanan dan minuman saat ini," kata U Min Thein, sebagaimana dikutip dari AFP.
Namun, dia menyebut, China tak memberi izin untuk pengiriman barang-barang yang justru menjadi andalan ekonomi, termasuk beras, beras menir, kacang-kacangan dan semangka.
U Min Thein mengatakan, untuk ekspor komoditas itu, pedagang harus menggunakan gerbang perbatasan Kyinsankyawt di luar Muse.
Pos pemeriksaan Kyinsankyawt sebagian telah dibuka kembali dalam kondisi serupa pada Mei tahun lalu, menurut media pemerintah Myanmar.
Pada Sabtu, U Min Thein mengatakan, China mengekspor peralatan konstruksi dan industri, peralatan listrik, peralatan medis, barang konsumen dan rumah tangga, serta produk makanan.
"Tapi China belum mengizinkan orang melintasi perbatasan," kata dia.
Pembukaan kembali pos pemeriksaan Muse terus-menerus terhenti oleh kedua belah pihak, dan kota Ruili di China telah menghadapi banyak penguncian untuk membatasi penyebaran Covid.
China baru-baru ini menyatakan mengakhiri kebijakan nol-Covid-19, dan sejak itu mencatat lonjakan besar infeksi.
https://www.kompas.com/global/read/2023/01/15/181500370/perbatasan-utama-myanmar-china-akhirnya-dibuka-lagi-sebagian