Warga Shahganj dan Jagdishpura menyebut pembangunan jalan yang tak selesai di antaranya menyebabkan tersumbatnya air dan jalan macet.
Kota di wilayah India utara itu adalah lokasi Taj Mahal, salah satu tujuan wisata dan banyak menarik turis.
Namun warga di dua tempat itu mengeluh mereka harus hidup di tengah situasi yang jorok.
Mereka menuduh pemerintah tidak memperbaiki masalah yang mereka hadapi walaupun mereka sudah berulang kali mereka mengajukan keluhan.
Juru bicara politisi India, Baby Rani Maurya, yang di wilayah konstituennya terdapat jalan yang rusak mengatakan pihaknya telah mengambil langkah guna memperbaiki jalan.
"Kami telah menulis surat kepada pemerintah terkait untuk meminta dana tambahan sehingga pembangunan jalan bisa dimulai," katanya.
Namun dalam beberapa hari terakhir, sejumlah warga yang marah memutuskan untuk mengambil tindakan dan membuat nama kota dengan plang hijau dan tulisan putih, sama seperti yang dibuat pemerintah.
Mereka memasang nama-nama itu di perempatan jalan dan gedung-gedung.
Navneet Nagar misalnya sekarang disebut "badboo nagar" (kota bau), koloni Mansarovar "kawasan selokan" dan wilayah Panchsheel menjadi "durgandhsheel" (wilayah bau).
Tentu nama-nama ini tidak resmi, namun menjadi bahan pembicaraan di antara 4,4 juta penduduk kota.
Setelah protes itu dilaporkan oleh media setempat, penduduk mengatakan para pejabat mulai mengunjungi kota itu pada Senin (10/10/2022) dan mulai mencabut papan-papan nama.
Mereka mengatakan hujan deras menyebabkan penyumbatan di banyak tempat.
Prashant Sikarwar (29) seorang pengusaha yang tinggal di salah satu kompleks perumahan di dekat jalan yang belum selesai itu mengatakan jalan rusak menghambat kedua anaknya pergi ke sekolah selama musim hujan.
"Banjir begitu parah sehingga bus sekolah menolak masuk ke jalan ini saat hujan lebat. Anak-anak saya terpaksa membolos sekolah selama beberapa hari," katanya.
"Sulit juga bagi ambulans masuk bila ada kondisi darurat."
Sikarwar mengatakan bahkan saudaranya tak pernah mengunjungi mereka selama musim hujan karena jalanan banjir.
"Kami berulang kali mengeluh, pemerintah setempat tak pernah melakukan apapun untuk menyelesaikan pembangunan jalan," katanya.
"Kualitas udara sangat buruk dan ada juga masalah nyamuk. Orang terpaksa menjual rumah mereka," katanya. Ia mengatakan mencoba menjual tokonya untuk pindah ke tempat lain.
Penduduk juga merencanakan untuk meluncurkan kampanye "tak ada jalan berarti tak ada suara".
Ia mengatakan, "Kami ingin para politisi memperhatikan nasib kami dan membantu kami. Saat ini, masalah kami diabaikan."
https://www.kompas.com/global/read/2022/10/16/142800070/kisah-kota-bau-yang-dinamai-warga-karena-banyak-sampah-penduduk-sampai