Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rusia Vs Ukraina dan Hegemoni Barat yang Hampir Berakhir

Serangan Rusia terhadap Ukraina, seperti kita ketahui telah menyebabkan PBB bersidang dan mengeluarkan resolusi tentang serangan Rusia ke Ukraina.

Sebanyak 141 negara menyatakan persetujuannya termasuk Indonesia, 5 negara tidak setuju dan abstain 35 negara.

Sementara itu, beberapa pihak di Indonesia, terutama Prof Hikmahanto Juwana sangat menyayangkan sikap Indonesia yang menyetujui Resolusi PBB tersebut.

Dijelaskan bahwa Indonesia hendaknya memosisikan dirinya pada pihak netral sesuai kebijakan luar negeri bebas dan aktif.

Prof Hikmahanto bahkan mendorong Indonesia dapat memanfaatkan posisinya yang netral untuk turut berperan berkontribusi ikut serta mengupayakan penyelesaian sengketa Rusia Ukraina dengan cara damai.

Terlepas dari itu semua, maka ada yang menarik dari resolusi PBB kali ini dibandingkan dengan resolusi PBB sebelumnya.

Rangkaian resolusi PBB yang terjadi beberapa dekade belakangan pada umumnya adalah membahas serangan negara-negara barat terhadap lawannya.

Serangan Amerika Serikat terhadap Irak, misalnya, merupakan salah satu yang hingga kini masih mengundang polemik berkepanjangan.

Sejak berakhirnya perang dunia ke dua, maka konflik dipermukaan yang terlihat selalu saja konflik yang berasal dari negara-negara NATO berhadapan dengan Pakta Warsawa.

Hal itu ditandai dengan era perang dingin selama 44 tahun yang berakhir dengan bubarnya Uni Sovyet tahun 1991.

Konflik ideologi Komunis versus Demokrasi atau paham Liberalisme. Dapat dikatakan juga sebagai Amerika, Eropa dan sekutunya berhadapan dengan Uni Soviet/Rusia dan China.

Dunia dewasa ini bahkan seolah berada dalam persaingan Timur – Barat, dengan ujungnya yang kelihatan jelas berwujud perang dagang Amerika versus China.

Itulah semua pertikaian kepentingan negara-negara besar yang sangat memengaruhi temperatur atau suhu udara perdamaian global.

Kembali pada Rusia versus Ukraina, maka peta kekuatan dunia memperlihatkan warna yang agak berbeda.

Amerika yang selama ini tampil sebagai Polisi Dunia karena merupakan negara yang memiliki kekuatan besar kini tampak “tidak berdaya” dalam dinamika konflik Rusia Ukraina.

Amerika tampak “tidak mampu” memaksakan kehendaknya dalam mencegah Rusia menyerang Ukraina.

Rusia telah tampil sebagai kekuatan baru yang memiliki keberanian menjalankan politik luar negeri yang tidak memperhitungkan kekuatan negara lain.

Bahkan Putin mengancam siapa saja yang ikut campur dalam urusan Rusia dengan Ukraina.

ABC News mewartakan Putin berkata: “Saya punya beberapa kata untuk mereka yang merasa tergoda, mengganggu perkembangan yang sedang berlangsung. Siapa pun yang mencoba menghalangi kita, apalagi menciptakan ancaman bagi negara kita dan rakyatnya harus tahu bahwa tanggapan Rusia akan segera dan mengarah pada konsekuensi yang tak pernah anda hadapi dalam sejarah”.

Pada titik ini, maka terlihat sekali meredupnya AS sebagai negara yang “One and Only Super Power”.

Rusia telah dengan leluasa menyerang Ukraina tanpa ada satu negara pun, bahkan negara-negara anggota NATO tampil menghalanginya.

Di sisi lain konflik berkepanjangan US China Trade War belum juga menampakkan penyelesaian yang menuju perdamaian.

Sementara China masih belum selesai dengan urusan dengan Taiwan, misalnya.

Apa yang akan terjadi kedepan, peta kekuatan tidak lagi berorientasi pada satu kekuatan besar tunggal dalam menentukan tindakan di pentas global.

Hanya sejarah akan mencatatnya sebagai ukiran yang mewarnai gejolak emosi manusia dalam perebutan kekuasaan dan pengaruhnya di permukaan bumi ini.

Mungkin sekali itu semua yang digambarkan oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron baru-baru ini.

Sang Presiden Perancis menguraikan panjang lebar tentang masalah penting berkait dengan apa yang dikatakannya sebagai Hegemoni barat yang hampir berakhir. Walahualam.

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/13/101344670/rusia-vs-ukraina-dan-hegemoni-barat-yang-hampir-berakhir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke