Bulan September lalu remaja asal Sydney tersebut dirawat di unit gawat darurat rumah sakit, karena menderita kelainan paru-paru yang disebabkan vaping, atau dikenal dengan istilah EVALI.
EVALI adalah singkatan dari E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury yang pertama kali dilaporkan terjadi di Amerika Serikat.
Ibunya, Natasha Stephenson, mengatakan Dakota harus bernapas menggunakan bantuan ventilator dan setiap kali ia melepasnya membuatnya susah bernapas, Awalnya para dokter di rumah sakit menyangka ia tertular Covid-19.
"Saat itu ia kesulitan bernapas, semakin parah," kata Natasha.
Dalam beberapa jam Dakota mengalami hipoksia dengan tidak cukupnya udara yang masuk ke paru-parunya dan menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya.
Saat itulah Dakota mengaku kepada ibunya jika ia diam-diam memiliki kebiasaan vaping selama tujuh bulan terakhir.
Dakota keluar dari rumah sakit setelah seminggu dirawat, tapi sekarang ia kesulitan saat berolahraga padahal sebelumnya sangat bugar.
"(Ini) bisa membunuhmu. Ini sangat menakutkan," katanya.
Natasha mengatakan terkejut mengetahui putrinya diam-diam vaping, karena baik ibu dan ayahnya tidak merokok dan sangat membenci rokok.
"Bagian tersulit ketika harus membawanya ke Rumah Sakit Anak," katanya.
"Kata-kata tidak bisa menggambarkan perasaan saya sebagai orang tua."
Pekan lalu lembaga yang mengawasi produk terapi dan obat-obatan di Australia, atau Therapeutic Goods Administration (TGA) mengumumkan pelarangan penjualan vaping dengan nikotin tanpa resep dokter, setelah melihat penggunaannya yang meningkat di kalangan anak muda.
Apa yang dialami Dakota telah ditulis secara rinci dalam laporan Medical Journal of Australia (MJA).
Namun, beberapa dokter yang percaya vaping dapat membantu menghentikan kebiasaan merokok, mendesak agar laporan ini ditangani dengan penuh hati-hati.
Alex Wodak, direktur Asosiasi Pengurangan Bahaya Tembakau Australia, mengatakan EVALI adalah kondisi yang sangat spesifik yang hanya didokumentasikan di Amerika Serikat pada tahun 2019, menanggapi vape yang mengandung tetrahydrocannabinol (lebih dikenal sebagai THC) dari ganja dan vitamin E asetat yang membuat orang ketagihan.
"Gejalanya (yang terperinci dalam laporan) adalah Sindrom Gangguan Pernapasan Akut, kondisi yang memiliki 20 hingga 30 kemungkinan penyebabnya, seperti infeksi atau alergi," kata Dr Alex.
Sekitar 15 persen pasien EVALI dilaporkan hanya menggunakan produk yang mengandung nikotin.
Eli Dabscheck, seorang dokter pernapasan di Rumah Sakit Alfred di Melbourne, mengatakan laporan kasus tersebut jelas memenuhi definisi EVALI yang ditetapkan oleh Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).
Dokter Eli mengatakan seorang anak berusia 15 tahun yang dilarikan ke rumah sakit dengan gejala Dakota "sangat tidak biasa".
"Kita paham anak muda menganggap produk rokok elektrik relatif tidak berbahaya, tetapi sebenarnya tidak demikian," katanya.
"Rokok elektrik mengandung karsinogenik, logam berat dan perasa yang diciptakan untuk dicerna, bukan dihirup."
Namun masalahnya rokok elektrik dipromosikan secara luas di jejaring sosial oleh produsen dan influencer.
Lembaga pengatur kesehatan di Amerika Serikat mulai melihat kasus EVALI meningkat pada 2019.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, lebih dari 2.800 orang telah dirawat di rumah sakit atau meninggal karena kondisi EVALI antara Maret 2019 dan Februari 2020.
Data laboratorium juga menunjukkan vitamin E asetat, yakni zat tambahan dalam beberapa produk rokok elektrik atau vaping yang mengandung THC, sangat erat dengan kasus EVALI yang meningkat.
Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporannya dalam bahasa Inggris.
https://www.kompas.com/global/read/2021/10/12/221500270/awalnya-dikira-covid-19-ternyata-paru-paru-gadis-ini-rusak-karena-vaping