Aparat menembakkan granat kejut dan gas air mata, beberapa di antaranya mendarat di dalam masjid. Massa membalasnya dengan lemparan batu.
Bentrokan itu terjadi di lokasi yang menjadi tempat suci baik bagi umat Yahudi maupun Islam, dikenal sebagai Kuil Gunung.
Lokasi menjadi episentrum konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina selama bertahun-tahun.
Tensi makin meningkat karena negara Yahudi itu merayakan "Hari Yerusalem" pada Senin (10/5/2021), dilansir Sky News.
Hari itu merujuk kepada keberhasilan mereka merebut Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari 1967 silam.
Polisi sendiri sudah melarang orang Yahudi untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan merayakan momen tersebut.
Meski begitu, mereka mengizinkan adanya pawai, yang ditandai dengan bendera Israel berkibar di Gerbang Damaskus Kota Tua dan Alun-alun Muslim.
Bentrokan antara massa dengan kepolisian terjadi ketika Muslim tengah menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Dalam pertemuan khusus kabinet Minggu (9/5/2021), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membela aksi polisi.
"Kami tidak akan membiarkan ekstremisme mengacaukan ketertiban di Yerusalem. Kita akan menegakkan aturan dan ketertiban," tegasnya.
Netanyahu menyatakan, mereka akan membiarkan kawasan itu menjadi lokasi untuk semua agama. Namun kekerasan tidak akan ditoleransi.
Di saat bersamaan, PM yang akrab disapa Bibi tersebut menolak tekanan mereka tidak boleh membangun permukiman di sana.
Dia merujuk kepada kabar pengusiran terhadap keluarga yang bermukim di kawasan Sheikh Jarrah, dan memunculkan kerusuhan.
Menteri Inggris untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, James Cleverly, meminta semua pihak untuk menahan diri.
"Inggris menyerukan supaya semua kubu berhenti dan mengakhiri kekerasan yang muncul di Yerusalem beberapa hari terakhir," ujar dia.
https://www.kompas.com/global/read/2021/05/10/153633770/polisi-israel-bentrok-lagi-dengan-warga-palestina-di-masjid-al-aqsa-180