Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Potensi Perang Saudara di Myanmar Semakin Besar, jika Kelompok Etnis Angkat Senjata

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - Potensi perang saudara di Myanmar semakin besar, ketika kelompok etnis bersenjata Myanmar akan angkat senjata serentak, bergabung dengan kelompok masyarakat sipil melawan kudeta militer.

Melansir AFP pada Selasa (30/3/2021), tiga dari sekian banyak kelompok etnis bersenjata Myanmar itu telah mengeluarkan pernyataan bersama yang mengancam pembalasan atas 500 lebih kematian warga sipil oleh kekuatan junta militer.

Ketiga kelompok etnis bersenjata itu adalah Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, Tentara Aliansi Demokratik Kebangsaan Myanmar, dan Tentara Arakan (AA).

"Jika mereka (junta) tidak berhenti, dan terus membunuh orang, kami akan bekerja sama dengan para pengunjuk rasa dan melawan," kata pernyataan itu.

Debbie Stothard dari Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia (FIDH) memperingatkan bahwa situasi di Myanmar dapat semakin buruk menuju perang saudara, jika kelompok-kelompok pemberontak dari etnis minoritas angkat senjata.

Pernyataan Stothard sejalan dengan asumsi dari Lee Morgenbesser, seorang dosen di Universitas Griffith Australia yang meneliti politik Asia Tenggara.

“Ada kemungkinan nyata dari demonstrasi massa yang mengalir ke perang saudara atau perang antar negara,” kata Morgenbesser, seperti yang dilansir dari Bloomberg pada Senin (29/3/2021).

Lebih ekstrem menurut Morgenbesser, konflik politik di Myanmar dapat meluas hingga ke perbatasan negara tetangga.

"Mengingat kadang-kadang sifat perbatasan Myanmar yang keropos, bersama dengan fakta bahwa kelompok etnis bersenjata tidak tunduk pada otoritas negara, kemungkinan krisis meluas melintasi perbatasan internasional," lanjutnya.

Puluhan pemberontak dari etnis minoritas telah berkobar di Myanmar sejak kemerdekaan dari penjajahan Inggris pada 1948, memperebutkan otonomi, identitas etnis, obat-obatan dan sumber daya alam.

Militer Myanmar telah berusaha untuk memutuskan kesepakatan dengan beberapa kelompok bersenjata tersebut dan pada awal bulan ini mengeluarkan AA dari daftar organisasi teroris.

Namun selama akhir pekan ini, militer Myanmar melancarkan serangan udara di negara bagian Karen timur, serangan serupa pertama dalam 20 tahun, menargetkan Brigade Kelima Persatuan Nasional Karen (KNU) setelah kelompok itu merebut pangkalan militer.

Serikat Nasional Karen, yang mengontrol sebuah daerah di tenggara sepanjang perbatasan Thailand, pada Senin (29/3/2021) mengkonfirmasi bahwa sekitar 10.000 penduduk melarikan diri ke zona aman itu pada akhir pekan lalu, setelah militer Myanmar melakukan serangan udara yang menewaskan 3 orang.

Jet-jet tempur Myanmar keluar sebagai pembalasan atas serangan pemberontak etnis Karen di pangkalan militer nasional, atau Tatmadaw, di mana 10 tentara tewas dan delapan lainnya ditangkap.

Kemudian pada Senin (29/3/2021), Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha dari negara tetangga Thailand mengatakan persiapan telah dimulai untuk masuknya migran.

“Kami tidak ingin ada migrasi massal ke daerah kami tetapi kami juga harus memperhatikan hak asasi manusia,” kata Prayuth, mantan panglima militer yang melakukan kudeta di Thailand pada 2014.

“Karena ada konflik kekerasan di negara mereka, itu adalah normal bahwa akan ada migrasi," ucapnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengulangi seruan kepada semua pihak untuk meredakan situasi konflik di Myanamr, sementara menolak mengomentari potensi perang saudara di sana.
China adalah negara tetangga yang berbagi perbatasan 2.100 kilometer dengan Myanmar.

"Kekerasan dan pertumpahan darah bukan untuk kepentingan siapa pun," kata Zhao.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/30/164124370/potensi-perang-saudara-di-myanmar-semakin-besar-jika-kelompok-etnis

Terkini Lainnya

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Global
Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Global
Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Global
Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Internasional
Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Global
Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Global
Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Global
Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Global
Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Global
Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Global
Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Global
Sejumlah 'Influencer' Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Sejumlah "Influencer" Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Global
Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Global
Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Global
Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke