KOMPAS.com – Selang beberapa hari setelah Pemerintah Kota Perth, Australia menerapkan lockdown karena Covid-19, beberapa penduduk terpaksa meninggalkan rumah karena kebakaran hutan yang melanda pinggiran kota, Selasa (2/2/2021).
Melansir The New York Times, Selasa (2/2/2021), pejabat setempat mengatakan, api di timur laut Perth mulai terlihat pada Senin (1/2/2021). Kobaran api ini dipicu oleh kondisi panas, kering, dan berangin. Lalu, api mulai tidak terkendali sekitar Selasa pukul 02.00 waktu setempat.
Merespons keadaan ini, penduduk merasa bingung karena tidak yakin ke mana mereka harus pergi sehubungan ditetapkannnya aturan lockdown.
“Kami berharap salah satu musibah saja yang terjadi, bukan keduanya,” kata pekerja perhotelan Gemma Martin yang mengungsi bersama dua anaknya yang berusia 3 dan 11 tahun.
Saat ini, penduduk pinggiran Kota Perth yang menjalankan lockdown, termasuk orang-orang yang telah diperintahkan untuk diisolasi, diminta untuk segera mencari perlindungan.
Mereka yang tidak dapat kembali ke lokasi karantina dalam waktu satu jam diminta untuk memberi tahu polisi bahwa mereka telah pindah.
“Sangat jelas bahwa kami perlu mengungsi, tetapi tidak begitu jelas ke mana kami harus pergi,” lanjut Martin yang meninggalkan rumah ke pusat evakuasi.
Martin mengatakan, meski pandemi Covid-19 dan kebakaran hutan membuatnya kewalahan, namun ia bersyukur atas apa yang dimiliki.
Apalagi pada tahun lalu ia juga mengalami bencana serupa, sehingga bisa memetik hikmah di balik bencana yang terjadi. Ia bahkan mengaku menjadi lebih tangguh karena menghadapi situasi tersebut.
Sementara itu, pihak berwenang mengatakan, hingga Selasa sore, hampir 20.000 hektar lahan telah dilalap api. Lusinan properti juga hancur dan seorang petugas pemadam kebakaran dirawat di rumah sakit karena menghirup asap.
Bahkan, orang-orang di pusat Kota Perth melaporkan hujan abu turun dari langit yang kuning. Padahal, pusat kota berjarak lebih dari 30 kilometer dari pusat kebakaran.
Wali Kota City of Swan Kevin Bailey mengatakan, api masih sangat aktif, agresif, dan di luar kendali. Dia menyebut, tidak realistis untuk meminta warga mematuhi lockdown di zona kebakaran yang mematikan.
“Sebaliknya, orang harus pergi ke rumah teman atau anggota keluarga jika memungkinkan, atau jika tidak, ke pusat evakuasi di mana pihak berwenang bekerja dalam protokol sebaik mungkin," jelasnya.
Adapun, City of Swan merupakan kota metropolitan di Perth yang mengalami kerusakan paling parah akibat kebakaran.
Kesulitan dalam memadamkan api
Pihak berwenang mengatakan, lebih dari 250 petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk memadamkan api. Namun, akibat angin kencang dan minimnya personel karena sedang melindungi orang dan properti, api belum dapat ditekan.
Selain itu, Wakil Komisaris Western Australia’s Fire and Emergency Services Craig Waters mengatakan, pihaknya membatasi jumlah pemadam kebakaran yang dapat bepergian bersama dengan kendaraan karena Covid-19.
Waters mengatakan, perubahan iklim membuat kebakaran hutan Australia lebih sulit untuk dilawan.
"Kami tidak bisa menanganinya. Bahkan, bahaya di wilayah timur laut Perth saat ini juga belum diketahui kapan redanya,” ujarnya.
Sementara itu, seorang warga Kota Bakers Hill Lin Neighlands mengatakan, meski rumahnya terhindar dari lalapan api, banyak temannya kehilangan rumah.
“Kami lebih beruntung dari kebanyakan,” katanya yang bekerja sebagai penjaga kuda dan telah dievakuasi.
https://www.kompas.com/global/read/2021/02/02/221146670/kebakaran-hutan-warga-perth-bingung-antara-keluar-rumah-atau-jalankan