Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

China Butuh 3 Anak Tiap Rumah Tangga untuk Dongkrak Ekonomi, Kenapa?

Ren Zeping, kepala sebuah lembaga think tank di China, menyarankan dalam analisis yang diterbitkan kemarin bahwa Beijing harus mengizinkan pasangan memiliki tiga anak secepat mungkin.

“Proposal itu bertujuan untuk mengatasi tingkat kesuburan yang terus menurun dan populasi yang menua setelah kebijakan dua anak di China gagal,” kata Ren seperti dilansir Daily Mail pada Rabu (9/12/2020).

Sejak 1979, pasangan di China dibatasi untuk memiliki satu anak.

Aturan ini seringkali diberlakukan secara brutal. Tujuannya untuk memperlambat pertumbuhan populasi dan meningkatkan perekonomian.

Namun undang-undang tersebut, yang diperkirakan mencegah 400 juta kelahiran, juga menyebabkan masalah ekonomi jangka panjang, pergolakan sosial yang besar, dan tragedi kemanusiaan.

Dengan kekhawatiran populasi lansia China akan memperlambat pertumbuhan ekonominya, para pejabat mengumumkan kebijakan dua anak pada Oktober 2015, yang mulai berlaku pada 1 Januari tahun berikutnya.

Undang-undang tersebut tampaknya memiliki kesuksesan awal karena tambahan 5,4 juta bayi diperkirakan telah lahir di China dalam 18 bulan pertama setelah kebijakan dua anak diberlakukan.

Tapi menurut Ren, Kebijakan itu tidak bekerja sebaik yang diharapkan pejabat China. Tingkat kelahiran di negara itu terus menurun sejak 2015.

Dalam analisis baru yang ditulis oleh ekonom terkenal di Institut Penelitian Evergrande itu, ia menyatakan ada konsekuensi dari kegagalan kebijakan "dua anak" sebelumnya.

Populasi yang menua dan angka kelahiran yang rendah telah menjadi salah satu ancaman mendasar terbesar yang dihadapi China di abad ini.

Pada 2019, total 14,65 juta anak lahir di China ketika tingkat kesuburan mencapai titik terendah sejak 1949 ketika negara Komunis didirikan, menurut media pemerintah.

Ren memerkirakan, kurang dari 11 juta bayi akan lahir pada tahun 2030 sebagai dampak dari hilangnya kebijakan dua anak, peningkatan tingkat pendidikan dan kemajuan urbanisasi.

Meskipun 11 juta kelahiran mungkin terdengar banyak, itu masih jauh dari target 20 juta setahun yang ditetapkan oleh pemerintah China pada 2015.

Dengan lebih sedikit bayi yang lahir, orang yang berusia di atas 65 tahun diperkirakan menempati lebih dari setengah populasi negara itu pada akhir abad ini.

Ren karena itu, menyerukan peluncuran segera kebijakan baru untuk memungkinkan pasangan memiliki tiga anak untuk mengimbangi populasi lansia yang terus meningkat,

“Pemerintah harus mendorong lebih banyak perempuan memiliki anak dengan meningkatkan tempat pengasuhan anak dan melindungi hak kerja ibu,” sarannya.

Dia juga mendesak pihak berwenang untuk menunda usia pensiun dan menciptakan masyarakat yang ramah lansia dengan fasilitas dan layanan yang lebih baik yang bertujuan untuk membantu para pensiunan.

Saran ekonom itu muncul setelah pemerintah China pada November menarik proposal rencana lima tahun terakhirnya.

Selain masa depan partai, ada rencana terkait penyelesaian masalah penuaan dengan mengoptimalkan kebijakan kelahirannya dan meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Pemerintah tidak merinci rencana itu. Tapi mereka diharapkan melonggarkan pembatasan pada kebijakan kelahiran untuk membantu meningkatkan angka kelahiran, kata media China.

Versi terakhir dari rencana lima tahunan tidak akan disahkan sampai Kongres Rakyat Nasional bertemu pada bulan Maret.

Tapi proposal Ren menghadapi reaksi keras secara online, dengan banyak netizen mengecam kebijakan anak ketiga 'tidak praktis'.

Seorang komentator menulis: 'Saya bahkan tidak punya uang untuk menikah. Bagaimana saya bisa memiliki tiga anak? '

Pengguna lain berkata: “Apakah Anda pikir kita semua jutawan? Saya bahkan tidak mampu untuk hidup sendiri. Saya tidak ingin anak saya menderita bersama saya.”

https://www.kompas.com/global/read/2020/12/10/155345970/china-butuh-3-anak-tiap-rumah-tangga-untuk-dongkrak-ekonomi-kenapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke