Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Musisi Iran Reza Shajarian Wafat, "Suara Rakyat di Masa Sulit Telah Pergi"

TEHERAN, KOMPAS.com - Muhammed Reza Shajarian, musisi musik tradisional Persia yang bersuara khas dan mendukung protes massa pada pemilu presiden Iran tahun 2009 dikabarkan meninggal dunia di usia 80 tahun.

Shajarian memeriahkan musik tradisional Iran dengan gaya bernyanyinya yang melambung, menukik dan menggetarkan selama memusikalisasi puisi. 

Namun, beberapa tahun terakhir hidupnya, dia hanya bisa tampil di luar negeri setelah dia mendukung protes massa yang menentang pemilihan kembali presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad yang diperselisihkan.

Dia meminta kepada seluruh radio pemerintah Iran untuk tidak memutar lagu-lagunya.

"Setelah apa yang terjadi, saya berkata 'tidak mungkin' dan mengancam akan mengajukan keluhan terhadap mereka jika mereka terus menggunakan musik saya," kata Shajarian kepada Associated Press (AP) pada 2009.

Laporan TV setempat mengatakan bahwa Shajarian meninggal dunia pada Kamis, (8/10/2020), setelah melewati perjuangan panjangnya melawan kanker.

Putra Shajarian, Homayoun, dalam Twitternya mengatakan bahwa sang ayah telah "terbang" ke surga.

Dalam beberapa jam usai pengumuman wafatnya sang legenda, penggemar Shajarian mulai berkumpul di luar Rumah Sakit Jam di ibu kota Teheran, tempat penyanyi itu meninggal dunia.

Banyak yang menangis dan meratapi sosok Shajarian. Tampak seorang pria duduk di trotoar dengan kepala di tangan sambil menangis.

Seorang guru, Hasti Amini (34), mengatakan bahwa dia sangat sedih. Dia menggambarkan sosok Shajarian sebagai "suara rakyat di masa-masa sulit."

Penggemar lain, Paria Hosseini mengatakan, "Dia (Shajarian) adalah putra kebanggaan Iran. Dia orang besar yang sangat berharga bagi kami."

Semakin larut malam, para penggemar semakin padat dan menyalakan lilin untuk menghormati kepergian sang musisi yang sudah menjadi ikon nasional itu.

"Hati saya hancur," ujar Mojtaba Yousefi, pria berusia 65 tahun, seorang mekanik mobil yang menceritakan bagaimana lagu-lagu Shajarian yang diputar melalui radio selama perang Iran-Irak tahun 1980-an membawa "kenyamanan" padanya dan rekan-rekannya saat berlindung di parit.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengungkapkan belasungkawa di Twitter dengan mengatakan, "Maestro Shajarian adalah orang besar dan duta Iran sejati,"

Sementara Presiden Hassan Rouhani memuji lagu-lagu Shajarian sebagai lagu-lagu yang tak lekang oleh waktu.

Sepak terjang Shajarian

Shajarian mendukung gerakan Iran melawan Syah yang didukung Amerika. Dia mengundurkan diri dari posisinya di radio negara Iran menjelang Revolusi Islam 1979 Iran.

Setelah revolusi, suaranya yang khas masih digunakan radio negara Iran. Terutama untuk melantunkan doa berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan.

Dia melantunkan doa berbuka dengan acapela, terdengar seperti suara yang datang dari menara-menara masjid dengan emosi yang meluap-luap dan membuat siapa saja yang mendengarnya merinding.

Tiket konsernya selalu habis, para penggemarnya selalu terpukau dengan 'melemparinya' bunga mawar.

Pada tahun 2009, ketika mantan presiden Ahmadinejad kembali memenangkan penghitungan suara, protes besar-besaran muncul dan membuat pasukan keamanan bertindak. 

Shajarian tidak disangka ikut menyuarakan penolakan dan mendukung oposisi. Ribuan orang ditahan, puluhan orang tewas dan banyak yang disiksa.

Pada bulan September 2009, hanya beberapa bulan setelah pemilihan, Shajarian menyanyikan "Zaban e Atash o Ahan," yang diterjemahkan dari bahasa Farsi sebagai "Bahasa Api dan Besi."

Di dalamnya, penyanyi itu memohon, “Letakkan senjatamu. Ayo, duduk, bicara, dengar. Mungkin cahaya kemanusiaan akan menembus hatimu juga."

Shajarian kemudian memberi tahu radio negara untuk berhenti menggunakan lagu-lagunya. Penindasan terhadap seniman sudah umum terjadi setelah Revolusi Islam, meskipun krisis 2009 membawa tindakan keras yang tak terlihat selama bertahun-tahun.

“Ini jauh lebih besar sekarang karena pendirian yang diambil sebagian besar seniman terhadap mereka,” kata Shajarian kepada AP pada 2009.

“Untuk saat ini, mereka bergerak dengan sangat tenang. Tapi di masa depan, saya tahu akan ada konfrontasi antara seniman dan pemerintah ini. "

Pada tahun-tahun berikutnya, Shajarian menampilkan musik tradisional untuk orang Iran di luar negeri dan kemudian kembali ke Iran untuk mengajar menyanyi kepada banyak orang yang memujanya.

Shajarian lahir pada tahun 1940 di kota agamis Mashhad di timur laut Iran, sekitar 1.000 kilometer di timur ibu kota Teheran. Semasa kecil, dia mulai melantunkan bacaan kitab suci umat Islam, Al Quran.

Sepanjang hidupnya, dia menerima serangkaian penghargaan, termasuk penghargaan dari badan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO.

Pada 1999, agensi memberinya Picasso Award dan pada 2006, dia menerima Mozart Medal untuk menghormati kontribusinya pada dunia musik.

Shajarian juga bekerja untuk menciptakan instrumen baru, mirip dengan yang dimainkan di era Persia yang bersejarah.

Bahkan menjelang akhir hidupnya, Shajarian tetap memiliki selera humor, muncul dalam video online yang menandai Tahun Baru Iran dengan kepala yang dicukur dan menyebut kankernya sebagai "tamu" dalam hidupnya.

Kantor berita resmi IRNA menyebut Shajarian sebagai artis yang "unik". Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, TV pemerintah menayangkan dokumentasi sosok penyanyi tersebut.

Pada Kamis malam, Rumah Sakit Jam mengatakan jenazah Shajarian dibawa ke pemakaman Teheran, dalam persiapan untuk dipindahkan ke Toos, di mana dia akan dimakamkan.

Toos, sebuah kota di dekat tempat kelahiran Shajarian di Mashhad di provinsi Khorasan Razavi.

Ketika berita tentang tempat pemakaman menyebar ke kerumunan di luar rumah sakit, beberapa orang mulai berteriak menentang keputusan tersebut.

Para penggemar Shajarian menuduh keluarga almarhum telah memilih lokasi di bawah tekanan pemerintah.

Putra Shajarian, Homayoun yang berprofesi sebagai penyanyi seperti ayahnya, menyangkal hal ini dan memohon kepada para penggemar almarhuma ayahnya agar tidak mengubah pertemuan itu menjadi konflik politik.

"Seni lebih menghormati daripada politik," katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/09/082722870/musisi-iran-reza-shajarian-wafat-suara-rakyat-di-masa-sulit-telah-pergi

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke