Menurutnya, ledakan di pelabuhan itu terjadi akibat rudal atau kelalaian petugas.
Ledakan tersebut menewaskan sedikitnya 154 orang hingga Sabtu (8/8/2020), dengan sekitar 5.000 orang luka-luka.
Sementara ini 2.750 amonium nitrat yang 6-7 tahun tersimpan di gudang pelabuhan, dianggap sebagai penyebab ledakan.
Insiden ini mmemicu protes besar atas bobroknya pemerintahan Lebanon. Bahkan Aoun pun pada Jumat (7/8/2020) mengakui, sistem yang "lumpuh" perlu "dipertimbangkan lagi".
Presiden berusia 85 tahun itu menjanjikan "keadilan ditegakkan cepat", tetapi menolak seruan banyak kalangan untuk mengadakan penyelidikan internasional.
"Ada dua skenario atas apa yang terjadi: kelalaian atau campur tangan asing melalui rudal atau bom," katanya dikutip dari AFP.
Ini adalah kali pertama seorang petinggi negara Lebanon menyebut adanya kemungkinan pelabuhan itu telah diserang.
Awal mula kebakaran di gudang dan ledakan di pelabuhan Beirut ibu kota Lebanon, sampai sekarang masih simpang siur.
Asal-usul muatan besar amonium nitrat itu masih misteri, sedangkan sesaat sebelum ledakan dikabarkan ada pengelasan pintu gudang.
Lalu ada juga dugaan kembang api yang disimpan di tempat yang sama atau di dekatnya.
Sebanyak empat jenazah ditemukan di dekat ruang kendali pelabuhan pada Jumat, lokasi di mana banyak orang diperkirakan sedang bekerja saat ledakan terjadi.
Tidak ada yang ditemukan hidup di sekitar area itu.
Sementara itu Beirut telah menerima aliran bantuan internasional sejak terjadinya ledakan.
Pada Jumat bantuan yang diterbangkan dari Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab sudah mendarat di Lebanon.
Sebelumnya, Perancis, Kuwait, Qatar, dan Rusia juga mengirim bantuan.
https://www.kompas.com/global/read/2020/08/08/162104870/ledakan-beirut-presiden-lebanon-tolak-penyelidikan-internasional-kenapa