Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

'Saya Tidak Bisa Bernapas', Pesan Terakhir Salah Satu Imigran Vietnam yang Tewas di Truk Kontainer

KOMPAS.com - Petugas keamanan menangkap 26 orang di Belgia dan Perancis terkait kematian 39 imigran asal Vietnam. Para imigran ini ditemukan meninggal dunia dalam truk kontainer berpendingin di Inggris tahun lalu.

Semua jenazah meninggal karena asphyxia, atau kekurangan oksigen, dan hipotermia, menurut laporan yang dibuat oleh Inggris.

Sebanyak 13 orang, termasuk warga negara Maroko dan Vietnam, kini ditahan di Brussels dan 13 orang lainnya di Paris, kata penegak hukum.

Penuntut dari Belgia mengatakan para tersangka kemungkinan 'membawa puluhan orang setiap hari selama beberapa bulan'.

Menurut mereka, jaringan penyelundupan orang tersebut dicurigai memfasilitasi kedatangan para imigran asal Vietnam pada 2019.

Meski demikian, Kepolisian Essex, mengatakan penangkapan para tersangka ini tidak terkait langsung dengan investigasi mereka, seperti dikutip oleh penyiar publik Irlandia RTE.

Badan Kerjasama Keadilan Kriminal Uni Eropa (Eurojust) mengatakan bahwa kepolisian telah melaksanakan penggerebekan lintas batas pada Selasa (26/05) pagi dalam sebuah operasi yang melibatkan empat negara: Inggris, Perancis, Belgia, dan Irlandia, serta Europol.

Sejumlah orang telah ditahan sebelumnya terkait kematian para imigran tersebut, termasuk beberapa tersangka di Vietnam.

Pada April 2020, pengemudi truk kontainer, Maurice Robinson, mengaku bersalah melakukan 39 pembunuhan tidak disengaja.

Dalam persidangan yang sama di Old Bailey, London, terdakwa lainnya Gheorghe Nica menyangkal melakukan 39 pembunuhan tidak disengaja. Tiga terdakwa lainnya yang dikenai tuntutan lain terkait kematian para imigran tersebut juga menghadiri sidang secara virtual.

Pengadilan untuk mendengar tuntutan lainnya dijadwalkan dimulai pada 5 Oktober.

Jenazah WN Vietnam tersebut ditemukan di sebuah kompleks industri sesaat setelah truk kontainer itu tiba di Inggris lewat kapal ferry dari Zeebrugge di Belgia.

Di antara para jenazah ditemukan 10 remaja, dua di antaranya adalah anak laki-laki berusia 15 tahun.

'Saya tidak bisa bernapas'

Salah satu korban adalah Pham Thi Tra My (26), yang hilang kabarnya sejak ia mengirimkan SMS pada Selasa 22 Oktober 2019 dan mengatakan ia tidak bisa bernafas di kontainer kulkas dengan suhu dapat mencapai -25C.

Abang Tra My, Pham Ngoc Tuan, mengatakan mereka membayar sekitar Rp500 juta kepada penyelundup untuk membawa adiknya ke Inggris. Lokasi terakhir dia adalah di Belgia.

Para penyelundup diketahui telah mengembalikan uang kepada sejumlah keluarga.

Terkait temuan 39 jenazah tersebut, seorang sopir truk telah dijerat dengan tuduhan pembunuhan tidak terencana.

Abang Tra My juga mengatakan kepada BBC, "Adik saya hilang pada tanggal 23 Oktober dalam perjalanan dari Vietnam ke Inggris dan kami tak dapat mengontaknya. Kami khawatir dia berada di kontainer itu.

"Kami bertanya kepolisian Inggris untuk membantu menyelidiki sehingga adik saya bisa dikembalikan ke keluarga kami," tambahnya.

Pesan terakhir yang diterima dari Tra My adalah pada pukul 22:30 waktu setempat Selasa (22/10), dua jam sebelum kontainer itu tiba di terminal Purfleet dari Zeebrugge, Belgia.

Keluarganya menunjukkan SMS yang ia kirim ke orang tuanya dan berbunyi, "Maaf sekali, maafkan saya ibu dan bapak, perjalanan saya ke negeri asing gagal.

"Saya sekarat, saya tak bisa bernafas. Saya sangat sayang ibu dan bapak. Maafkan saya, ibu."

Abang Tra My mengatakan kepada BBC bahwa perjalanannya ke Inggris dimulai pada tanggal 3 Oktober. Ia mengatakan keluarganya tak dapat mengontaknya karena "orang yang mengurus" tidak mengizinkannya menerima telpon.

"Dia terbang ke China dan berada di sana dua hari dan kemudian terbang ke Prancis," kata abang Tra My.

"Dia mengontak kami setiap dia sampai pada satu tujuan. Upaya pertama menyeberang ke Inggris dilakukan pada 19 Oktober, namun ia ditangkap dan dikembalikan. Saya tak tahu pelabuhan mana."

BBC telah menyerahkan rincian tentang Tra My, 19, yang berasal dari kota Nghen, provinsi Ha Tinh, ke kepolisian Essex, serta rincian lain dari pihak yang mengklaim memiliki informasi.

Abang Tra My mengatakan adiknya menelpon pukul 07:20 waktu Belgia pada Selasa (22/10) dengan mengatakan ia akan masuk ke kontainer dan mematikan telpon untuk menghindari terdeteksi. Sejak itu ia tak terdengar lagi.

Ia mengatakan seorang penyelundup telah mengembalikan uang kepada keluarganya pada malam itu. Keluarga warga Vietnam lain berusia 26 tahun yang melakukan perjalanan yang sama juga telah menerima uang kembali.

Sementara itu, keluarga Nguyen Dinh Luong, juga mengatakan mereka khawatir warga Vietnam berusia 20 tahun itu termasuk 39 jenazah yang ditemukan.

Juru bicara kedutaan Vietnam di London memastikan mereka telah mengontak kepolisian Essex.

VietHome, organisasi yang mewakili komunitas Vietnam di Inggris mengatakan sejah ini mereka telah menerima foto dari hampir 20 orang yang melaporkan anggota keluarga mereka hilang sejak truk itu ditemukan.

Koban di dalam kontainer adalah 31 pria dan delapan perempuan, menurut kepolisian Essex yang pada awalnya mengira mereka semua berasal dari China.

Jenazah di kontainer itu ditemukan di daerah industri Grays pada pukul 01:40 waktu setempat Rabu 23 Oktober 2019.

Dalam jumpa pers, pejabat polisi Pippa Mills mengatakan pihaknya tidak akan mengeluarkan kewarganegaraan korban sampai proses identifikasi selesai.

Data GPS menunjukkan kontainer kulkas itu melintas bolak balik dari Inggris dan Eropa daratan beberapa hari sebelum ditemukan.

Kontainer itu dipinjam dari Global Trailer Rentals pada 15 Oktober. Perusahaan itu mengatakan mereka "sama sekali tidak mengetahui bahwa truk itu akan digunakan untuk keperluan yang telah terungkap."

Kepolisian Essex mengatakan bagian depan dari truk itu masuk ke Inggris melalui Holyhead -pelabuhan laut Irlandia di Wales pada hari Minggu 20 Oktober, dalam perjalanan dari Dublin.

Suhu di kontaner kulkas itu dapat mencapai -25C. Truk itu kini diamankan di Essex.

Sopir truk didakwa melakukan pembunuhan tidak terencana

Sopir truk tersebut, Maurice Robinson, telah dijerat dengan tuduhan pembunuhan tidak terencana.

Pria berusia 25 tahun itu ditangkap setelah mayat 31 laki-laki dan delapan perempuan ditemukan di kota Grays pada hari Rabu (23/10).

Pria asal Laurel Drive, Craigavon, Irlandia Utara itu juga dijerat dengan tuduhan perdagangan manusia serta pelanggaran imigrasi dan pencucian uang, kata Kepolisian Essex.

Tiga orang lainnya, seorang laki-laki dan perempuan, keduanya berusia 38 tahun, serta seorang pria berumur 48 tahun dari Irlandia Utara masih ditahan polisi.

Mereka bertiga ditangkap atas dugaan pembunuhan tidak terencana dan konspirasi untuk memperdagangkan manusia.

Sumber-sumber mengatakan data GPS menunjukkan truk meninggalkan Monaghan, Irlandia pada 15 Oktober sebelum menyeberang ke Irlandia utara dan kembali ke Dublin.

Berapa migran yang meninggal dalam upaya menyeberang ke Inggris?

Jumlah migran yang meninggal dalam upaya menyeberang ke Inggris tercatat oleh PBB terjadi sejak 2014.

Sejak itu, lima mayat orang yang dicurigai migran ditemukan di truk-truk atau kontainer di Inggris.

2014: Seorang warga Afghanistan ditemukan meninggal di Tilbury Docks, Essex. Ia ditemukan di kontainer bersama 34 warga Afghanistan lain yang selamat

2015: Dua migran ditemukan meninggal di peti kemas kayu di gudang di Branston, Staffordshire. Peti kemas dikirim dari Italia

2016: Migran berusia 18 tahun meninggal saat mencoba menggelantung di truk di Banbury, Oxfordshire

2016: Satu jenazah ditemukan di Kent di belakang truk yang bertolak dari Prancis

Berita ini diperbaharui pada 28 Mei 2020 dengan menambahkan informasi penangkapan 26 orang di Belgia dan Perancis dalam kasus kematian para imigran asal Vietnam di truk kontainer berpendingin di Inggris pada tahun lalu

https://www.kompas.com/global/read/2020/05/28/163856470/saya-tidak-bisa-bernapas-pesan-terakhir-salah-satu-imigran-vietnam-yang

Terkini Lainnya

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke