Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Humaidi, WNI di Wuhan yang Tidak Terevakuasi: Kecewa terhadap Pemerintah RI

WUHAN, KOMPAS.com - Sampai saat ini, masih terdapat 7 orang Warga Negara Indonesia di Wuhan, provinsi Hubei, Republik Rakyat China sejak virus Covid-19 corona merebak pada akhir tahun 2019.

Menurut keterangan Humaidi Zahid (29) mahasiswa Linguistik pascasarjana Universitas Central China Normal di Wuhan, tiga dari tujuh WNI di Wuhan menyatakan untuk tetap tinggal ketika evakuasi pemerintah tiba.

Sementara empat orang lainnya termasuk Humaidi tidak sempat dievakuasi karena berbagai kendala.

Kepada Kompas.com, Humaidi menceritakan pengalamannya yang "tertinggal" dari proses evakuasi pemerintah Republik Indonesia di Wuhan.

Menurutnya, ketika evakuasi datang, dia dan dua orang teman lainnya bisa sampai ke bandara dan siap untuk masuk ke pesawat.

Akan tetapi, setiap WNI yang hendak dievakuasi wajib sebelumnya mengisi formulir terkait kesehatan mereka. Di dalam formulir tersebut, Humaidi menerangkan kalau dirinya sedang batuk.

Oleh karenanya, dia tertahan dan tidak bisa masuk ke badan pesawat. Humaidi diminta untuk cek suhu tubuh sebanyak empat kali bersama kedua temannya karena kedua temannya itu juga memiliki suhu tubuh tinggi. Mereka bertiga pada akhirnya tidak bisa dievakuasi.

Satu orang kawannya, Kris--demikian Humaidi menyapanya-- mahasiswi asal universitas yang sama dengan Humaidi malah tidak bisa dijemput dengan bus evakuasi pemerintah RI karena dirinya sedang berada di lokasi pedalaman. Tepatnya berada di Jingzhou, provinsi Hubei.

Kris berada di sana karena sedang berkunjung ke tempat temannya. Bus evakuasi pemerintah RI dikabarkan Humaidi mengalami kendala blokade dari petugas otoritas China selama berkali-kali. Setiap blokade bahkan membutuhkan waktu berjam-jam.

"Saya tidak tahu media-media di Indonesia dapat info dari mana. Ada media yang mengatakan WNI di Wuhan sebanyak 7 orang. 4 orang memutuskan tinggal, sedangkan 3 lainnya tertahan. Nah, itu kan info yang salah. Justru 4 orang itulah termasuk saya yang ingin pulang. Sedangkan 3 orang lainnya memang memutuskan tinggal."

"Saya juga sedih dengan nasib teman saya di Jingzhou (Kris) yang juga ketinggalan evakuasi. Dia perempuan lho, seorang diri di sana. Nangis-nangis dia. Lalu berita yang salah itu muncul membuat kami merasa Indonesia telah melupakan kami. Untung saja saya dan dua teman lain juga tertinggal, jadi Kris tidak merasa sendiri," ungkap Humaidi dalam wawancaranya dengan Kompas.com melalui aplikasi WeChat.

Pemerintah China telah memblokir aplikasi chatting WhatsApp dan sebagai gantinya aplikasi WeChat banyak digunakan warga China dalam berkomunikasi secara daring.

Meski kecewa terhadap layanan evakuasi pemerintah Republik Indonesia, Humaidi mengaku kalau dirinya dan kawan-kawan mendapatkan bantuan logistik berupa obat-obatan dan masker.

"Masker sekarang langka. Jadi pihak KBRI mengirimkan kami masker dan obat-obatan. Juga mengirimkan uang."

Sampai saat ini, Humaidi sudah mendapatkan bantuan uang sebanyak tiga kali. Terakhir bantuan dana yang diberikan pemerintah RI sebesar 1.500 yuan China atau setara dengan Rp 2,9 juta.

"Saya hanya tidak habis pikir, kenapa kok karena batuk saja tidak bisa dievakuasi, karena hanya suhu tubuh tinggi saja tidak bisa pulang."

Humaidi juga menjelaskan kalau dirinya saat itu sangat yakin bisa dievakuasi karena dia berpikir, "Yang jemput kan pemerintah, saya saat itu yakin sekali bisa pulang. Saya yakin mereka bisa evakuasi saya. Tapi nyatanya tidak. Sekelas negara lho, masa sih tidak ada power?" ujar Humaidi dengan intonasi bicara yang terdengar kecewa.

Sejak peristiwa gagal evakuasi itu Humaidi kembali ke asramanya begitu juga dua temannya yang lain. Bedanya, asrama Humaidi berada di Wuhan, sementara kedua temannya di kota Xianning, sekitar 1 jam perjalanan dari Wuhan.

Adapun sahabatnya yang bernama Kris masih berada di Jingzhou dan belum bisa kembali ke Wuhan karena transportasi di seluruh provinsi Hubei benar-benar tidak boleh beroperasi. Seluruh kota di Hubei mati akses.

"Jadi ya sebenarnya percuma juga (saat ini) dapat bantuan dana, tidak bisa beli keperluan karena tidak bisa keluar asrama," ujar Humaidi yang saat ini hanya menerima bantuan makanan dan masker dari kampusnya.

Tidak ada kurir online di provinsi Hubei. Humaidi menjelaskan hanya ada beberapa relawan dari kampusnya yang datang membawakan daftar produk yang dapat dibelinya di beberapa supermarket.

Barang-barang yang bisa dibeli hanya seputar alat mandi seperti sikat gigi, sabun, sampo dan juga bahan makanan instan seperti mie instan, biskuit dan susu.

"Telur dan daging tidak dijual. Saya tidak tahu kenapa tapi yang jelas barang-barang itu tidak ada di daftar. Tidak semua supermarket juga buka," paparnya.

Kini, mahasiswa pascasarjana itu kerap memberikan kabar di akun instagram terkait kegiatannya selama terisolasi di asrama. Otoritas China juga melakukan pemeriksaan terhadap warga asrama dengan mengecek suhu tubuh mereka secara berkala.

Meski begitu, Humaidi merasa dirinya sudah mulai bisa mengambil hikmah dari kejadian ini. Dia tidak berharap banyak pemerintah RI mampu mengevakuasi dia dan teman-temannya lagi. Dia hanya berharap,

"Jika memang (pemerintah RI) mau evakuasi lagi, tolong dipikir baik-baik, bagaimana caranya bisa jemput teman saya Kris di Jingzhou itu. Kalau tidak bisa jemput dia, lebih baik tidak usah jemput kami semua. Saya ingin jika satu bisa dievakuasi, yang lain juga bisa," tegas Humaidi.

Dia juga mengaku perasaannya lebih tenang ketika dua hari selang gagal evakuasi, ibundanya menguatkan hati dan memberinya nasihat.

"Mamak saya menegur saya ketika gagal dievakuasi. Mamak saya bilang, Kamu itu jangan berharap kepada manusia. Lihat hasilnya, sebesar apapun pesawat yang jemput kamu, setinggi apapun jabatan yang mereka punya, kalau tidak ada izin dari Yang Maha Kuasa, lihat, bisa pulang ndak kamu?" tutur Humaidi menirukan ucapan sang ibu.

Humaidi pun tersentuh dan termotivasi sebab nasihat yang diberikan ibunya, "Memang kesalahan saya saat itu juga yang terlalu percaya pada manusia. Lupa pada kuasa Tuhan."

Kepada teman-temannya di Indonesia, Humaidi meminta doa agar situasi di Wuhan kembali normal. Dia juga mengungkapkan rasa optimis dengan adanya angka sembuh di Wuhan setiap hari cukup tinggi sekitar 1000-2000 orang.

"Saya hanya berdoa semoga pekan depan Wuhan bisa setidaknya jauh membaik, sehingga saya dan teman-teman bisa keluar dari asrama menghirup udara, jogging dan aktivitas lainnya. Saya juga minta doa untuk teman-teman semua yang ada di tanah air." Pungkas Humaidi.

https://www.kompas.com/global/read/2020/02/27/073825970/humaidi-wni-di-wuhan-yang-tidak-terevakuasi-kecewa-terhadap-pemerintah-ri

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke