Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netizen Debat Bandingkan Porsi Lauk di Sumatera dan Jawa, Ini Penjelasan Antropolog

Kompas.com - 08/09/2021, 21:09 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com - Twit dari netizen Laila Dimyanti @lailadimyanti viral setelah membandingkan isian daging di soto daerah Jawa dan Sumatera.

Netizen adu pendapat, termasuk soal jumlah lauk dalam satu porsi makan orang Sumatera yang terbilang banyak.

Twit @melanieppuchino yang mengomentari twit Laila dengan menyebutkan ia sebagai orang Sumatera biasa makan lauk empat sampai lima jenis dalam sekali bersantap di rumah.

Ia juga mengaku sempat gegar budaya saat pindah ke Jawa karena budaya makan yang berbeda dan sampai delapan tahun tinggal di Jakarta masih berusaha menyesuaikan budaya makan di Jawa. 

Baca juga:

Namun demikian, banyak pula netizen yang tidak setuju dengan twit tersebut dan mengatakan tidak semua orang Sumatera menyantap banyak lauk dalam sekali makan.

"Dimohon jangan baper karena kita Bhinneka Tunggal Ika," tulis @melanieppuchino.

Menurut Dosen Antropologi Sosial Universitas Andalas, Yevita Nurti budaya makan orang Minangkabau bukan sekadar makan.

"Dari nenek moyang kita makan itu adalah simbol kebersamaan, pengakuan hubungan satu sama lain," kata Yevita dihubungi Kompas.com, Rabu (8/9/2021).

Makan jadi sesi penting dan utama dalam acara adat Minangkabau. Selain itu, orang Minang juga akan berusaha menyuguhkan makanan terbaik untuk tamu.

Baca juga: Kenapa Nasi Padang yang Dibungkus Porsinya Lebih Banyak?

Budaya makan orang Minang ini  bahkan tercermin dari sebutan perempuan sepuh di nagari (desa) yang disebut induak bareh atau secara harfiah ibu beras.

Namun demikian, Yevita mengaku kurang setuju dengan netizen yang menyebutkan orang Sumatera khususnya Minangkabau harus makan banyak lauk dalam sekali makan.

Makan bajamba, makan bersama khas Minangkabau.Kompas.com/Silvita Agmasari Makan bajamba, makan bersama khas Minangkabau.

"Konsep makan orang Minang itu lamak atau enak dari berbagai masakan khas, tetapi itu makan untuk beramai-ramai bukan untuk satu orang," jelas Yevita.

Ia menjelaskan kembali lagi ke budaya makan orang Minang untuk kebersamaan dan berbagi.

"Sebanyak-banyaknya makanan, seorang makan dua lauk sudah membuat kenyang," jelas Yevita.

Baca juga: Filosofi Papeda nan Indah, Makanan Khas Papua yang Tergeser Nasi

Dosen Antropologi Universitas Indonesia, Semiarto Aji Purwanto, menyebutkan perdebatan netizen tenyang budaya makan dapat dikaitkan dengan seseorang memandang makanan dan selera makan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com