KOMPAS.com – Cokelat merupakan salah satu komoditas paling populer di dunia. Komoditas sampai dirayakan setiap tanggal 7 Juli dengan peringatan Hari Cokelat Sedunia.
Sejarah cokelat bisa dirunut jauh hingga peradaban Suku Maya Kuno. Saat itu, cokelat tak hanya sekadar jadi makanan semata.
Cokelat sempat bernilai sama berharganya dengan uang dan emas pada saat ini.
Seperti dikutip Science Magazine, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa cokelat pernah dijadikan alat pembayaran di puncak kejayaan Suku Maya.
Konon katanya, cokelat juga memiliki peran dalam kejatuhan peradaban kuno tersebut.
Seorang arkeolog Joanne Baron bersama Bard Early College Network pun menganalisa karya seni peradaban Suku Maya.
Ia berfokus pada riset yang sudah dipublikasikan serta beragam gambar-gambar dari peradaban Suku Maya.
Baca juga: Sejarah Cokelat di Indonesia, Sudah Ada Sejak Hindia Belanda
Khususnya yang berasal dari periode Maya Klasik yakni sekitar tahun 250 – 900 Masehi yang berlokasi di area selatan Maya. Saat ini, lokasi tersebut terletak di Meksiko dan juga Amerika bagian tengah.
Objek-objek yang diteliti di antaranya aneka mural, lukisan keramik, dan juga pahatan.
Barang-barang tersebut menggambarkan pertukaran pasar yang khas Maya dan juga pembayaran upeti kepada raja-raja Maya pada saat itu.
Baca juga: 15 Cokelat Termahal di Dunia, Mulai Rp 1,3 Juta hingga Rp 21 Miliar
Baron menemukan bahwa cokelat tidak banyak muncul pada karya seni yang berasal dari tahun-tahun awal. Namun, cokelat semakin sering muncul setelah abad ke-delapan Masehi.
Garis waktu tersebut hampir sama dengan waktu ketika orang-orang Maya disinyalir mulai menggunakan cokelat sebagai mata uang.
Dengan kata lain, cokelat telah diterima sebagai alat pembayaran untuk berbagai hal. Bukan lagi hanya sebagai benda barter semata.
Salah satu penggambaran paling awal dari penggunaan cokelat sebagai alat pembayaran ditemukan di lukisan dinding di abad ke-tujuh Masehi.
Dalam lukisan dinding yang dipajang di piramida tersebut, tergambar sebuah pasar sentral.