Lagi-lagi karena banyak sekali daging, masyarakat Bali pun mencoba mengolah daging-daging tersebut jadi sajian yang agak tahan lama. Adalah urutan, sejenis sosis yang dibuat dari daging babi.
Babi bagian dagingnya, lemak, dan lain sebagainya dicincang dan dicampur dengan base gede atau bumbu gede khas Bali yang pedas.
“Kemudian diaduk, lalu dimasukkan daging itu ke dalam usus babi yang sudah dibersihkan. Setelah itu ditaruh di atas dapur, dikukus begitu pakai uap sampai akhirnya dia mengering setelah 3-4 hari,” papar Pitana.
“Dulu pas kita masih susah makan, itu diambil sedikit-sedikit untuk makan sehari-hari. Bisa tahan 10 hari, itu diawetkan dengan pengasapan kan tradisional kan,” sambung dia.
Selanjutnya ada aneka sate. Ada banyak sekali jenis sate yang muncul di perayaan Galungan. Di antaranya adalah sate yang dibuat dari daging yang ditusuk-tusuk seperti biasa, disebut dengan sate asem.
“Sedangkan yang dicampur dengan kelapa itu sate lilit. Daging dicincang dulu, diaduk dengan kelapa, baru dililitkan ke batang bambu.”
Terakhir adalah tape ketan yang bisa dibilang jadi pencuci mulut masyarakat Bali setelah menikmati aneka olahan daging pada Galungan. Biasanya tiga hari sebelum Galungan masyarakat Bali mulai membuat tape ketan.
Beras ketan diolah seperti biasa hingga setengah matang, kemudian difermentasi jadi tape. Setelah upacara Galungan, setelah makan banyak, barulah masyarakat Bali menikmati tape tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.