JAKARTA, KOMPAS.com - Lobster tergolong makanan mewah yang tidak dijual di sembarang tempat. Sajian ini biasanya ada di restoran atau restoran hotel.
Mahalnya harga lobster tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di negara-negara lain di dunia.
Dikutip dari Business Insider, ada beberapa alasan yang menyebabkan harga lobster jadi mahal seperti berikut:
Baca juga: Perjalanan Lobster dari Ransum Narapidana sampai Jadi Makanan Mewah
Budidaya lobster terbilang sulit, karena proses tumbuh kembang lobster terbilang lama.
Lobster terkenal banyak makan dan sangat mudah terkena penyakit. Telur lobster juga tak mudah untuk dirawat.
Penjualan lobster semakin untung ketika lobster sudah besar dan siap konsumsi.
Namun pengiriman lobster agar tetap hidup sampai ke dapur tidaklah mudah. Perlu penanganan dengan suhu dan oksigen yang tepat agar lobster tetap hidup.
Baca juga: Susi Soal Benih Lobster: Ditangkap Nelayan Kecil, Diekspor Pengusaha Besar
Mengapa penting menjaga lobster untuk hidup? Alasannya lobster yang dimasak hidup-hidup rasanya lebih nikmat ketimbang yang sudah mati atau dibekukan.
Lobster yang sudah mati ketika dimasak, memiliki daging yang lebih keras dan teksturnya alot.
Lobster yang sudah mati juga ditakutkan menjadi sarang bakteri, merusak daging, dan dapat membuat orang yang mengonsumsi sakit.
Sebenarnya prinsip ini terjadi di komoditas apapun. Semakin banyak berpindah tangan semakin mahal.
Dalam kasus lobster, semakin banyak berpindah tangan maka pengangan harus semakin khusus agar lobster tak mati di perjalanan.
Masak lobster juga bukan hal mudah. Ketika dimasak kurang matang, dagingnya akan sangat sulit keluar dari cangkang.
Baca juga: Perbedaan Daging Lobster dan Udang, serta Tips Mengolah yang Benar
Kemudian ketika dimasak agak lama sebelum disajikan, dagingnya akan keras. Waktu terbaik memasak lobster adalah saat dipesan dan langsung disantap ketika disajikan.
Di Amerika Serikat dan Kanada, beberapa perusahaan menggunakan teknologi tekanan air tinggi untuk mengeluarkan daging lobster ketimbang memasak lobster.
Teknologi ini diklaim membuat daging lobster jadi lebih segar dan tahan lama.
Dahulu lobster sama sekali tidak diminati sampai menjadi ransum narapidana dan makanan budak di Amerika Serikat. Citra lobster berubah pada 1800-an.
Sejak saat itu lobster memiliki citra sebagai makanan mewah. Uniknya penulis buku The Wisdom of Crowds, James Surowiecki, mengatakan ada hubungan yang erat antara makanan mahal dan kenikmatan.
Baca juga: Serupa namun Tak Sama, Perbedaan Udang Ronggeng dan Lobster
Sebuah penelitian mengungkapkan orang yang ditutup matanya akan merasa wine yang dibilang mahal lebih enak daripada wine yang dibilang harganya lebih murah.
Pada 1996, Journal of Food Distribution Research Volume 27 menyebutkan bahwa lobster yang harganya murah menimbulkan kecurigaan di konsumen.
Mereka curiga lobster murah kualitasnya buruk atau berbahaya bagi tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.