Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2020, 20:39 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak orang beranggapan berkebun di rumah sendiri jadi hal yang sulit dilakukan karena membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

Sita Pujianto, praktisi urban farming dan petani kota yang telah berkebun di rumahnya sejak 2013 menyebut berkebun di rumah adalah aktivitas yang tak terlalu sulit bahkan cenderung mudah.

Baca juga: Cara Tanam Cabai di Rumah, Tak Perlu Lahan Luas

Dalam acara Environmental Week Rancang Bangun Kebun Urban: Kebaikan Aktivitas Berkebun untuk Tatanan Warga Kota yang Lebih Baik yang diselenggarakan IDEA dan #SAYAPILIHBUMI, Sabtu (4/7/2020), Sita menyebut tiga komponen keberhasilan dalam berkebun.

Kondisi tanah

“Kita sering terpacu dengan kalimat tanaman enggak subur karena pupuk tidak bagus. Bukan itu, tapi tanah yang belum diberi nutrisi. Kondisi tanah yang akan menentukan keberhasilan berkebun,” kata Sita.

Varietas tanaman

Ilustrasi berkebun di rumahPexels Ilustrasi berkebun di rumah

Selain kondisi tanah, varietas tanaman juga menentukan keberhasilan berkebun. Kamu harus tahu tanaman apa yang cocok ditanam di rumahmu. Sesuaikan tanaman tersebut dengan kondisi dataran di mana rumahmu berada.

Misalnya, jangan tanam wortel di dataran rendah seperti di Jakarta karena wortel idealnya tumbuh di iklim yang sejuk alias di dataran tinggi.

“Di Jakarta itu bisa tanam kangkung, bayam, sawi,” kata Sita.

Tanaman seperti kangkung, sawi, kailan, timun, kacang panjang, tomat, terung, timun, dan kembang kol cocok ditanam di dataran rendah.

Sementara jika rumahmu terletak di dataran tinggi, kamu bisa menanam hampir semua sayuran dan sayur khusus seperti wortel, kembang kol, kol, sawi putih, brokoli, dan masih banyak lagi.

Untuk mengetahui apakah tanaman tersebut cocok ditanam di rumah, kamu bisa melakukan riset terlebih dahulu.

“Biasanya di bagian keterangan benih suka ada informasi tanaman itu cocok ditanam di kondisi seperti apa. Sesuaikan saja,” sambung Sita.

 

Iklim/musim

Ilustrasi sayuranPexels Ilustrasi sayuran

Lalu komponen ketiga adalah iklim/musim. Saat ini perubahan iklim sudah terjadi cukup ekstrem. Seringkali musim hujan berlangsung begitu lama, tapi tiba-tiba musim kemarau sudah datang begitu saja.

“Harusnya musim hujan sudah berhenti malah masih hujan. Tiba-tiba kemarau jam 7 pagi sudah panas banget jadinya terjadi penguapan yang lebih,” jelas Sita.

Penguapan lebih ini pasti akan mengganggu proses tumbuh tanaman. Sinar matahari yang berlebihan pastinya tak baik untuk tanaman.

Tanah yang mengering dengan cepat juga akan mengurangi nutrisi yang bisa didapatkan oleh tanaman.

Maka dari itu kamu bisa memperhatikan perubahan cuaca yang terjadi. Menanam di dalam pot akan lebih mudah dipantau jika tanah mulai kering. Sebaiknya berikan air tambahan pada tanah tersebut.

“Petani sudah merasakan banget (perubahan iklim). Mereka akhirnya ganti-ganti varian agar bisa menanam dengan tepat. Tepat berarti efisien dan efektif untuk hasil panen,” papar Sita.

Tak itu saja, kita juga bisa memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk menyemai benih.

“Mulai menyemai di saat-saat yang baik. Misalnya kita mulai semai di musim hujan nanti di musim kemarau kita sudah bisa panen.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com