Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tempat Ngabuburit Gorontalo: Berburu Takjil di Bawah Gemerlap Lampu Menara Keagungan Limboto

GORONTALO, KOMPAS.com - Sejak sore setelah shalat asar, pedagang makanan tradisional berduyun-duyun membuka lapaknya di Limboto, kecamatan yang menjadi ibu kota Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Para pedagang menata meja dan gerobak di tepi jalan sepanjang perempatan, meletakkan ragam makanan takjil, menu makanan ringan, buah lokal hingga berbagai minuman manis yang dicampur es. Semua menu yang ditata menggoda siapa saja yang melewati jalan ini.

Di tengah perempatan ini, berdiri Menara Keagungan Limboto yang dibangun tahun 2002. Keempat kaki besinya ditanam di sisi jalan, menara ini menjulang setinggi 65 meter.

Struktur baja ini menjadi ikon Kabupaten Gorontalo yang menghias cantik di tengah kota menjelang senja.

Sore yang cerah ini, Anggraini Iki (23) membantu ibunya Hadiati Lagil menata sejumlah wadah seng berisi aneka lauk, ayam goreng, ayam kare, ikan potong, cakalang suwir, hati ayam, dan daging.

"Mohon maaf ikan danaunya belum tersedia, kami tidak mendapatkan di pasar saat belanja tadi pagi," kata Anggraini, Sabtu (16/3/2024).


Ikan danau yang khas

Bagi warga Gorontalo menu ikan danau merupakan makanan khas yamg lezat, ikan danau ini beragam jenis, ada payangga (Ophiocara porocephala), manggabai atau beloso (Glossogobius giuris), huluu (Giuris margaritacea).

Di luar jenis ini, ada juga gabus (Channa striata), bulalao (Mugi sp), sogili atau sidat (Anguilla sp), nila (Oreochromis niloticus), mujair (Oreochromis mossambicus).

Ragam lauk sumber protein hewani dari Danau Limboto tersebut, pada awal Ramadhan ini absen.

Mungkin sebagian para nelayan tidak mencari ikan hingga pasokan di pasar berkurang, mereka bersama keluarga ingin menikmati Ramadhan. Warga Limboto memang dikenal lebih religius.

Menjelang azan magrib, matahari sudah berada di balik perbukitan, hanya menyisakan semburat warga jingga dari balik siluet bukit.

Udara sejuk sudah terasa, angin yang membawa uap air dari permukaan danau Limboto yang tidak seberapa jauh menghembus ke tempat ini, sore yang sejuk.

Suasana ngabuburit di Menara Keagungan Limboto

Lampu-lampu taman dan lapak menyala menerangi keriuhan sore di pasar takjil ini, pusat jajanan terbesar di Kabupaten Gorontalo. Aneka makanan yang dipajang mulai menggoda pengunjung, apalagi tidak lama lagi berbuka puasa.

Anggi, sapaan akrab Anggraini Iki, melayani seorang pria yang memesan makanan. Dia membuka penutup wadah agar pelanggannya bisa melihat menu yang ada.

“Ada ikan garo rica, cakalang suwir, ikan potong, daging, hati ayam,” kata Anggi sambil menatap pelanggannya.

Anggi membungkus makanan yang dipesan, sebungkus paket nasi dan cakalang suwir yang dikombinasi dengan sayur poki-poki santan. Pelanggannya lalu berlalu menuju pedagang lainnya yang berjejer di samping lapak ini.

Kasim, salah seorang pedagang lainnya sibuk melayani pembeli. Ia menjual beragam takjil atau kue buka puasa. Di atas mejanya ada balapis (kue lapis), lalampa (semacam lemper), dadara (dadar gulung), dan popaco (kue perahu).

Kasim tidak sendirian, ada banyak pedagang kue di sekitar Menara Limboto ini. Semua sibuk melayani pembeli masing-masing. Para pedagang ini menargetkan sebelum azan magrib kue dagangannya sudah habis terbeli, namun target ini jarang terlampaui.

“Balapis dan popaco sering habis duluan,” ujar Kasim sambil tertawa.

Dua kue dagangannya ini menjadi favorit sejumlah pembeli, rasanya manis pas di lidah warga Gorontalo.

Banyaknya penjual dan ragam kue yang disajikan di arena ini seperti sebuah bazar kuliner besar. Padahal keberadaan para pedagang di sini tidak dikoordinasikan, semua menyatu saat bulan Ramadhan tiba.

“Saat yang menyenangkan adalah saat berbuka puasa, minuman manis kelapa muda atau es buah dan sajian aneka kue di meja keluarga,” kata Nurdin warga Gorontalo.

Nurdin mengaku tidak punya niat membeli kue di sini dalam perjalanannya ke bandar udara Jalaluddin Tantu. Aroma harum kue hangat tercium saat ia melewati ruas jalan ini.

Apalagi saat ia menoleh ada pemandangan yang menggiurkan di atas meja. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa sejumlah kue ke rumahnya.

“Ramadhan adalah bulan penuh berkah untuk pedagang, berkah untuk warga, dan juga berkah bagi mereka yang meniatkan semua kegiatannya untuk beribadah,” tuturnya.


Menara Keagungan Limboto

Saat senja beranjak menghilang, lampu Menara Limboto menampakkan dirinya, wujud menara yang meninggi itu menyala berganti-ganti warna.

Seluruh permukan dan bagian-bagiannya bermandikan cahaya, tidak ada kesan baja yang kaku seperti saat ditatap pada siang hari yang terik.

Menara dengan cahaya warna-warninya yang memikat ini menambah syahdu Kota Limboto, sebuah kota tua yang pernah menjadi pusat Kerajaan Limutu.

Pesona cahaya Menara Limboto ini tersohor sejak pertama kali dikenalkan beberapa tahun menjelang pandemi Covid-19 lalu. Saking banyaknya orang yang datang untuk melihat tarian Cahaya yang menerangi menara, keempat ruas jalan yang menuju tempat ini ditutup.

Senja telah lama lewat, lampu-lampu menyemarakkan malam Ramadhan, aroma harum makanan dan minuman masih tersisa, orang-orang mulai berangsur berkurang. Di sebelah menara, Masjid Baiturrahman dipadati orang, di dalamnya orangmenunaikan salat.

Riuh Ramadhan berpindah ke masjid Baiturrahman. Kali ini warga penuh khusuk mendekatkan diri pada Allah SWT, menjala keberkahan sepanjang bulan Ramadhan.

https://www.kompas.com/food/read/2024/03/17/163100975/tempat-ngabuburit-gorontalo--berburu-takjil-di-bawah-gemerlap-lampu-menara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke