Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Cara Atasi Krisis Ketahanan Pangan di Indonesia?

KOMPAS.com - Vice President of Growth and Marketing Segari Michelle Arsjad mengatakan bahwa ada dua aspek yang menjadi tantangan dalam pengelolaan ketahanan pangan di Indonesia saat ini yakni masalah rantai pasokan dan minimnya pangan berkualitas unggulan.

"Sebenarnya hasil tanam dari petani lokal banyak yang bagus, tapi karena rantai pasokannya panjang, saat pangan sampai ke tangan ke konsumen kualitasnya sudah tidak bagus," kata Michella saat acara talkshow "Ketahanan Pangan Demi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat dan Petani" di kafe Kopi Perempuan Tani pada Rabu (28/9/2022).

Biasanya, hasil pangan yang sampai di pasaran sudah berganti tangan sebanyak enam sampai tujuh kali sejak dari petani.

Tak jarang banyak ditemui hasil pangan yang rusak di perjalanan dan berakhir dibuang.

Meskipun mendapatkan pangan langsung dari petani dan produk pangan hanya berpindah tangan sebanyak dua kali, Michelle mengatakan bahwa produk pangan yang ia pasarkan pun tetap mengalami penurunan kualitas. 

Selain itu Michelle menilai kuantitas produk pangan unggulan di Indonesia masih tergolong rendah.

"Permasalahannya adalah pangan yang grade A itu hanya da 30 persen di Indoonesia, sedangkan 70 persennya harus dijual dengan harga yang mungkin tidak optimal untuk petani," katanya. 

Menurutnya, cuaca menjadi salah satu faktor pemicu menurunnya kualitas pangan.

Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan ada faktor lain yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas pangan.

Chief Operating Officer Yayasan Edu Farmers Internasional Amri Ilmma mengatakan  bahwa tingkat kesejahteraan petani punya pengaruh besar terhadap ketahanan pangan di Indonesia.

"Pendapatan petani adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan petani, ini nanti akan berdampak pada produktivitasnya," kata Amri saat acara talkshow "Ketahanan Pangan Demi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat dan Petani di kafe Kopi Perempuan Tani pada Rabu (28/9/2022).

Harga jual pangan yang tidak terkontrol dan kerap mengikuti naik turunnya harga komoditas membuat produktivitas petani menjadi tidak stabil.

"Kalau (pangan) lagi susah, atau lagi ada acara keagamaan, harganya jadi tinggi, tapi kalau saat panen melimpah, harganya langsung turun," katanya.

Selain itu, pengetahuan petani terhadap produksi pangan pun berpengaruh terhadap kualitas pangan yang dihasilkan. 

Dukungan untuk petani baik dari sisi logistik, kontrol harga jual, hingga ilmu pangan dinilai sangat penting guna menghasilkan pangan berkualitas unggulan.

Melihat keadaan harga pangan di pasaran yang tidak bisa dikontrol, Amri menyarankan untuk fokus pada peningkatan produktivitas pertanian berupa edukasi kepada petani.

"Selama ini dari data yang didapatkan (oleh Edu Farmers), kenaikannya (produktivitas pertanian) cukup signifikan," katanya.

Meskipun sudah dilakukan perbaikan dari sisi kaulitas petani guna mendapatkan pangan grade A, tapi tentu masih ada produk pangan grade B atau C yang dihasilkan.

Amri berharap penyalur pangan tetap memasarkan produk grade B atau C supaya produktivitas pertanian tetap berkelanjutan.

"Petaninya harus diapresiasi, ada kualitas ada harga. Kalau harganya sama saja, pasti ini akan menjadi demotivasi bagi si petani," kata Amri.

Melihat hal ini, tentu perlu adanya kerjasama antara petani dan pihak penyalur hasil pangan. 

Michelle mengatakan saat ini pihaknya sudah melakukan pemilahan kualitas produk dan membedakan harga setiap kualitasnya. 

"Pemilahan produk grade B atau C (di Segari) kita masukkan ke kategori 'Imperfect', artinya dari sisi luar mungkin ada sedikit lecet, cuma di dalamnya tetap bagus," katanya.

  • Start Up Baru Bantu Kurangi Limbah Pangan Bisnis Makanan dan Minuman
  • Target Pemerintah Tingkatkan Diversifikasi Pangan Indonesia

Menurut Michell, di samping perbaikan kualitas pangan menjadi grade A, pihak penyalur pangan pun harus mengedukasi konsumen untuk dapat menerima bahwa tidak semua bahan pangan harus grade A.

"Dari sisi penyalur yang bisa kita lakukan yaitu mencoba memperpendek rantai pemasok dan mengedukasi konsumen," katanya. 

Perbaikan dari sisi kualitas pangan tentu akan berjalan lebih optimal bila diiringi dengan dukungan pemerintah.

Melihat hal ini, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Anang Noegroho Setyo Moeljono mengatakan pemerintah berperan aktif mewujudkan ketahanan pangan.

"Saat ini tugas pemerintah yaitu mewujudkan ketahanan pangan melalui pendekatan sustainability, health, dan inclusivity," kata Anang.

Ia berharap masyarakat saat ini ikut mendukung serta peduli terhadap isu pangan dan lingkungan supaya solusi krisis ketahanan pangan di Indonesia dapat berjalan optimal.

https://www.kompas.com/food/read/2022/10/01/150600575/bagaimana-cara-atasi-krisis-ketahanan-pangan-di-indonesia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke