KOMPAS.com - Setiap akhir pekan, banyak warga berdatangan untuk berburu makanan tradisional dan menikmatinya di pinggir suasana Sungai Krasak yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Tempat makan ini disebut Lembah Si Cangkring, lokasinya di Dusun Jambeyan, Kelurahan Banyurejo, Tempel.
"Dulunya ini sawah pekarangan, tanah kas desa, banyak tumbuhan liar. Lahan yang tidak diperhatikan. Kemudian setelah diberi izin mengelola, kami bersihkan," kata Bendahara sekaligus Inisiator Lembah Si Cangkring , Adriyantopo, dikutip dari TribunJogja.com, Sabtu (8/1/2022).
Andriyantopo mengatakan untuk mendatangkan pengunjung ke Lembah Si Cangkring tidaklah mudah.
Andriyantopo bercerita, awal mula lahan dibersihkan pada 2018. Pada akhir 2020, Ia mengajak warga untuk berjualan. Namun peminatnya sedikit.
Saat itu lokasi Lembah Si Cungkring masih sepi penjual dan warga lebih tertarik berjualan online.
Andriyantopo mulai membuka lapak dengan menjual makanan tradisional berupa bubur krecek, nasi bebek, dan nasi megono.
Lapak Andriyantopo tersebut diminati pengunjung, terutama pesepeda di Jalur Banyurejo-Bligo. Melihat itu, banyak warga tertarik membuka lapak.
Saat ini ada 15 pedagang yang berjualan di Lembah Si Cungkring. Lembah Si Cungkring memiliki konsep pasar jadul.
Ketua Paguyuban Pasar Lembah Si Cangkring , Eko Putro Susilo, mengatakan hampir mayoritas yang dijajakan di pasar ini adalah makanan tradisional. Harga makanan yang dijual juga tidak lebih dari Rp 20.000.
"Saya itu kepengen pengunjung yang datang ke sini, makan tidak lebih dari Rp 20.000. Jadi kalau ke sini bawa uang Rp 20.000 ya, kira-kira bisa buat makan, sekaligus beli minuman," tutur Eko.
Beragam makanan tradisional seperti bubur kricak, megono, gudeg, pecel, jadah tempe, cucur, lopis, gatot, tiwul, wajik, hingga nasi wiwit dengan lauk suwiran ayam dijual di Lembah Si Cangkring.
Pada bagian minuman tersedia wedang bajigur, dawet, bandrek, es jadeol, kopi tubruk, sekoteng, wedang uwuh, dan jahe gula jawa sereh.
Selain bersantap, pengunjung di Lembah Si Cangkring juga bisa menikmati suasana sungai yang asri dan bermain aneka permainan tradisional.
Pengunjung bisa bermain gangsingan, otok-otok, dan suling.
Eko mengatakan, penambahan mainan ini, agar pengunjung yang datang dengan membawa buah hatinya bisa sekaligus mengenalkan permainan tradisional kepada si anak.
"Jadi bisa nostalgia. Ibu bisa mengenalkan ke anaknya. Ini loh dulu Ibu mainannya seperti ini. Semacam transformasi informasi. Mengenalkan anak-anak pada permainan tradisional zaman dulu," ujar dia.
Lembang Si Cangkring buka setiap Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Pasar buka pukul 07.00 hingga makanan habis, biasanya pukul 12.00.
"Kita akan tetap menjaga sisi tradisional. Ke depan, mungkin akan menambahkan dengan menggali makanan yang belum ada," kata Andriyantopo.
Pengelola juga ingin membuat spot memasak kuliner tradisional agar semakin menarik pengunjung.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Berawal dari Lahan Tak Diperhatikan, Kini Lembah Si Cangkring Jadi Destinasi Kuliner Favorit,
https://jogja.tribunnews.com/2022/01/08/berawal-dari-lahan-tak-diperhatikankini-lembah-si-cangkring-jadi-destinasi-kuliner-favorit?page=2.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
https://www.kompas.com/food/read/2022/01/08/213200075/lembah-si-cangkring-tempat-makan-dengan-konsep-pasar-jadul-di-sleman