Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gudeg Permata di Yogyakarta, Kuliner Malam Legendaris Sejak 1961

KOMPAS.com - Gudeg merupakan salah satu makanan khas Yogyakarta. Ada banyak gudeg enak di Yogyakarta yang bisa dicoba. Salah satunya yaitu Gudeg Permata. 

Gudeg Permata menyajikan gudeg basah dengan beragam lauk pilihan. Ada ayam bagian sayap, paha, dan dada serta telur maupun tahu. 

Warung gudeg ini tak pernah sepi pengunjung. Rata-rata pelanggannya yakni wisatawan. Meski begitu banyak pula warga lokal yang sering ke Gudeg Permata. 

  • 8 Tempat Makan Gudeg di Yogyakarta, dari Mbah Lindu sampai Yu Djum
  • Resep Gudeg Nangka Telur ala Yogyakarta, Sekali Masak Dua Lauk 

Sudah ada sejak 1961

Saat ditemui Kompas.com, Sri Sunarti, pemilik Gudeg Pertama mengatakan bahwa warung gudegnya sudah ada sejak tahun 1961. Kala itu, Gudeg Pertama dikelola oleh ibunya, Samiyem Pujo Sukarno yang akrab disapa Bu Bujo. 

"Dulu yang awal jualan almarhum ibu, sekitar tahun 1961 itu wong saya masih usia tiga tahun kok itu," ujar Sunarti. 

Sebelumnya, lokasi Gudeg Pertama tidak ditempat sekarang (belakang bekas Bioskop Permata) tapi di Jalan Sultan Agung. Lambat laun, lokasinya bergeser hingga akhirnya berada di tempat sekarang. 

"Dulu di Jalan Sultan Agung di sebelah gedung bioskop tapi agak timur, terus geser-geser ke barat, tapi saya enggak ingat tahun berapa. Terus di parkiran sepeda di sini, itu saya sudah agak besar. Sekitar tahun 1978-1979 pindah ke sini, dekat pintu masuk itu, sampai ibu wafat tahun 2001," jelas Sunarti. 

  • Alasan Gudeg Dijual Tengah Malam sampai Subuh di Yogyakarta
  • Mbah Lindu Meninggal, Netizen Mengenang Penjual Gudeg Legendaris Yogyakarta Ini

Setelah Bu Pujo wafat sekitar tahun 2001, Gudeg Pertama diteruskan oleh adik Sunarti. Namun hanya sekitar 3,5 tahun. Pasalnya adik Sunarti juga memiliki warung gudeg sendiri, Gudeg Sagan.

Sementara itu, Sunarti mulai mengelola Gudeg Permata sekitar tahun 2005, sebelum musibah gempa Bantul. 

"Tahun 2001 terus diganti sama adik saya, sekitar tiga tahun setengah. Tapi adik saya kan sudah buka di Sagan, karena sudah berjalan lancar terus ini suruh megang saya sampai sekarang. Saya megangannya sebelum gempa Bantul itu. Sekarang sudah generasi keduanya," tambahnya.

Perkembangan Gudeg Permata

Walau kini Gudeg Permata terkenal ramai, tapi Sunarti menyebut bahwa dulu pun warung gudegnya juga sepi. Menurut penuturan Sunarti, Gudeg Permata mulai ramai setelah pindah di tempat sekarang, ketika masih dikelola oleh Bu Pujo.

"Yo dulu enggak langsung ramai. Istilahnya kita cari pasaran itu prihatin dulu. Pokoknya mulai ramai itu pas sudah di sini ini, pas masih dipegang ibu itu sudah ramai," kata Sunarti.

Biasanya, Gudeg Permata akan makin ramai saat bulan Ramadan. Pasalnya banyak orang yang mencari menu sahur. 

"Kalau puasanya itu mesti ramai soalnya banyak yang cari sahur to. Sekarang ya gitu, sampai sekarang," terangnya.

  • 8 Tempat Kuliner Murah di Malioboro Yogyakarta, dari Gudeg sampai Kopi Joss
  • Resep Gudeg Komplet Khas Yogyakarta, Lengkap dengan Sambal Krecek

Sunarti juga menjelaskan bahwa nama Gudeg Pertama sebetulnya ialah pemberian dari pelanggannya. Pasalnya, lokasi warung gudegnya berada di Bioskop Permata. 

"Iya namanya Gudeg Permata itu dari pelanggan, karena dekat Bisokop Permata itu dulu. Nama aslinya Gudeg Bu Pujo, aslinya almarhum ibu saya itu namanya Ibu Samiyem. Kalau Pujo itu nama bapak saya," ungkap Sunarti. 

Ciri khas Gudeg Pertama

Ada dua jenis gudeg yang umum disajikan, yaitu gudeg kering dan basah. Sajian gudeg dari Gudeg Permata ini merupakan gudeg basah. 

Ciri khasnya yakni pada arehnya yang gurih serta sambal goreng kreceknya yang berkuah. Selain itu, ada pula tambahan sambal tempe serta sayur daun singkong. 

Sebagai pelengkap, ada pula aneka lauk seperti ayam bagian paha, sayap, dan dada. Kemudian, ada pula tahu dan telur bebek. 

Guna menjaga cita rasa, Sunarti turut ikut memasak setiap harinya. Bahkan ia juga yang belanja bahan-bahan di pasar.

Walau ramai dan menjadi buruan wisatawan, harga gudeg di Gudeg Permata cukup terjangkau, sekitar Rp14.000. 

Sunarti menjelaskan bahwa ia tak ingin mematok harga mahal supaya pelanggan tidak kapok. 

"Harganya seporsi itu Rp14.0000, enggak mau mahal-mahal harganya. Biasanya kan kalau ramai terus sok ada yang nutuk (mukul) harga to saya enggak mau gitu. Nanti ndak kapok, mau orang Jogja atau luar kota harganya sama," pungkas Sunarti. 

https://www.kompas.com/food/read/2021/11/01/210600375/gudeg-permata-di-yogyakarta-kuliner-malam-legendaris-sejak-1961

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke