Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Uni Eropa Promosi Produk Makanan di Indonesia

KOMPAS.com - Uni Eropa meluncurkan kampanye bertajuk "Nikmati Warna Warni Eropa. Keunggulan Cita Rasa" untuk memprosikan makanan asal Uni Eropa ke Indonesia.

Kampanye ini berlangsung selama 12 bulan hingga Agustus 2022.

"Selama 12 bulan ke depan akan dilakukan berbagai promosi melalui bisnis retail, restoran kafe, dan media sosial," kata Kepala Seksi Perdagangan dan Ekonomi Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Marika Jakas dalam Webinar yang diselenggarakan pada Rabu (25/8/2021).

Uni Eropa adalah serikat politik dan ekonomi yang termasuk dalam blok perdagangan terbesar dengan 27 negara anggota dari sektor pertanian pangan dan lebih dari 300 bisnis.

Negara yang termasuk anggota Uni Eropa di antaranya adalah Belanda, Perancis, Italia, Denmark, Swedoa, Jerman, dan Yunani.

Produk makanan yang akan diekspor oleh Uni Eropa ke Indonesia di antaranya adalah daging, keju dan produk susu, buah dan sayuran, sereal, permen, minyak dan lemak, serta rempah dan bumbu.

Marika menjelaskan, selain promosi, kampanye ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat makanan dan minuman pertanian dari negara-negara di Uni Eropa.

"Bagi masyarakat Eropa, perdagangan produk makanan dan hasil pertanian bukan sekadar kegiatan bisnis semata, melainkan berkaitan dengan nilai, prinsip, dan keadilan serta warisan budaya kuliner," ujar Marika.

Standar dan keaslian makanan

Prinsip kuliner yang dimiliki Uni Eropa meliputi keamanan, kualitas, keberlanjutan makanan, upaya melawan perubahan iklim, dan perlindungan konsumen.

Melalui kampanye ini, Uni Eropa bekerja sama dengan sektor bisnis dan sektor publik untuk memperluas dan meningkatkan berbagai produk pangan hasil tani Uni Eropa yang berkualitas tinggi.

"Produksi pasar Uni Eropa tidak hanya menerapkan aset makanan tetapi juga tentang kualitas dan berkelanjutan," tutur Marika.

Produk ekspor Uni Eropa harus melalui seleksi ketat dari segi pertanian hingga penyajian dengan memastikan makanan aman dan sudah masuk ke dalam suhu yang sesuai.

"Strategi ini juga memahami bahwa sistem pertanian dan pangan kami bertanggung jawab terhadap sepertiga emisi gas rumah kaca di tingkat dunia," tutur Marika.

"Hal inilah yang mendorong pengurangan penggunaan pestisida dan antimikrobial, mengurangi penggunaan pupuk, dan meningkatkan pertanian organik serta kesejahteraan hewan dan mengembalikan keragaman hayati," pungkasnya.

Minat makan berubah selama pandemi

Terbatasnya aktivitas selama pandemi Covid-19 membuat masyarakat Indonesia memilih tren menikmati makanan yang baru.

Ketua PHRI Bidang Sumber Daya Manusia Alexander Nayoan mengatakan, pada awal pandemi, masyarakat Indonesia banyak yang memilih untuk memesan makanan secara online karena tidak bisa makan langsung di restoran.

Semakin hari, beberapa masyarakat Indonesia, menurut Alex, banyak yang memilih memasak hidangan sendiri.

Beberapa masyarakat Indonesia, menurut Alex, mulai membuat kreasi makanan menggunakan bahan makanan asal Eropa.

"Mereka mengkreasikan makanan-makanan campuran Indonesia dan Eropa. Mungkin tampilannya ala Eropa, rasa Indonesia atau sebaliknya," kata Alex.

Menurut Alex, saat ini sudah banyak produk bahan makanan asli Eropa yang bisa digunakan dan mudah ditemui di beberapa toko.

Sementara itu, Profesional Chef Degan Septoadji mengatakan, makanan khas Eropa sebaiknya dibuat dari produk asli Eropa.

"Kalau kita mau memasak makanan khas Eropa, ya harus juga menggunakan bahan-bahan dari Eropa," kata Degan.

https://www.kompas.com/food/read/2021/08/26/092700375/uni-eropa-promosi-produk-makanan-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke