Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Laksa, Berawal dari Pernikahan Peranakan di Asia Tenggara

KOMPAS.com – Kamu mungkin cukup familiar dengan sajian laksa. Di Indonesia, laksa dikenal sebagai semacam sajian berkuah santan dengan isian mi yang terbuat dari beras.

Rasanya yang kaya akan rasa gurih, asam, hingga pedas membuatnya berhasil menempati posisi salah satu makanan terbaik di dunia versi CNN.

Laksa bisa ditemukan di beberapa kawasan di Asia Tenggara. Tepatnya di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Masing-masing jenis laksa yang ditemukan di keempat wilayah tersebut sedikit berbeda satu sama lain. Masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri, walaupun tetap disebut sebagai laksa.

Ada tiga variasi modern laksa yang dikenal umum saat ini, yakni kari, Siam, dan Assam.

Laksa kari bisa ditemukan di Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Laksa Siam ada di Thailand, dan Assam laksa ada di Penang, Malaysia.

Hal itu kemudian memunculkan pertanyaan, dari mana sebenarnya laksa berasal?

Berawal dari komunitas Peranakan

Seperti dilansir dari Atlas Obscura, kawasan Asia Tenggara punya interaksi yang kuat dengan orang-orang China dan India.

Interaksi dengan orang-orang China dan India ini kemudian mempengaruhi budaya dan juga kuliner lokal dengan sangat kuat.

Menurut Professor Penny Van Esterik dalam bukunya Food Culture in Southeast Asia, para pedagang India tiba di Asia Tenggara sekitar tahun 200 sebelum masehi.

Sementara, para pedagang China mulai menetap di Indonesia pada abad ke-16.

Mereka menetap dan menikahi orang-orang lokal. Para keturunan pedagang China ini disebut sebagai Peranakan.

Dipercaya, laksa lahir dari keinginan para Peranakan untuk mencampurkan masakan China dengan rasa-rasa khas Asia Tenggara seperti santan hingga cabai.


 

Di Indonesia, para pelaut China sengaja mencari istri orang lokal.

Istri pelaut China kemudian mencampurkan cabai dan santan ke dalam sup mi tradisional China dan menghasilkan laksa seperti yang kita kenal sekarang.

Hal yang sama juga terjadi di Malaysia. Ketika para pedagang China mulai menikahi perempuan di Malaka di awal abad ke-19.

Sementara di Singapura, laksa tiba di kota bernama Katong ketika para Peranakan pindah dari semenanjung Malaysia.

Menurut ahli masakan Asia Dr. Jean Duruz, ia sempat mengikuti jejak laksa di Singapura. Ia pun mengetahui bahwa laksa Peranakan berevolusi akibat interaksi dengan orang-orang lokal di Singapura.

Hal tersebut terjadi akibat tradisi menikah dengan orang-orang lokal. Selain itu, perkembangan laksa di Singapura juga terjadi akibat pertukaran makanan dan resep makanan antar tetangga.


Asal usul nama laksa

Melansir Mashable South East Asia, ada beberapa teori mengenai asal usul kata “laksa”.

Apalagi sebagai produk yang muncul akibat pertukaran budaya melalui Jalur Sutera, pasti ada beragam faktor yang memengaruhi penamaan tersebut.

Dalam kamus A Malay-English Dictionary karya R. J. Wilkinson tahun 1901, “laksa” berarti 100.000 dalam bahasa Sansekerta.

Sementara di bahasa Persia, laksa berasal dari kata “lakhshah” yang merupakan salah satu jenis bihun.

Konon katanya, nama laksa juga diperoleh akibat banyaknya bahan termasuk bumbu dan rempah untuk membuat laksa.

Kenapa laksa populer

Dari banyaknya makanan yang muncul dari Peranakan, laksa jadi salah satu yang paling populer dan bisa ditemukan di banyak sekali wilayah di Asia Tenggara.

Salah satu sebabnya karena laksa sangat mudah beradaptasi. Itu membuat laksa bisa mudah dipadupadan dengan aneka bahan dan bumbu di berbagai budaya.

Perempuan lokal bisa mengubah sup mi yang dibawa oleh para pedagang China menjadi sesuatu yang jauh berbeda.

Karena laksa bisa beradaptasi menjadi variasi baru, makanan ini juga digunakan sebagai jembatan antar budaya para pedagang dan juga orang-orang lokal ketika mereka menikah.

https://www.kompas.com/food/read/2021/05/23/134722875/sejarah-laksa-berawal-dari-pernikahan-peranakan-di-asia-tenggara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke