Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Pedagang Nasi Goreng Pelangi, Kerja Bareng William Wongso dan Masak di Istana Negara

KOMPAS.com – Mujianto (40) akrab disapa Tole tak pernah menyangka bahwa dagangan nasi gorengnya bakal ramai pembeli beberapa waktu terakhir. Wajar saja, nasi gorengnya memang berbeda dari yang lain.

Bukan nasi goreng biasa, melainkan nasi goreng pelangi dengan tiga warna nasi dalam satu piring.

Warna tersebut Ia dapatkan dari bahan alami seperti cumi untuk warna hitam, sawi untuk warna hijau, dan buah bit untuk warna merah.

“Semuanya dari bahan alami tanpa pewarna. Merah itu dari buah bit sekaligus bermanfaat untuk jantung,” ucap Tole saat ditemui, Kamis (5/11/2020).

Kerja bareng William Wongso selama 10 tahun

Ide menggunakan tinta cumi dan sawi sebagai pewarna makanan, Tole dapatkan saat bekerja bersama pakar kuliner Indonesia, William Wongso. Tole mengaku menjadi anak buah William selama 10 tahun.

“Kerja di bapak (William Wongso) itu 10 tahun. Cuma yang enam tahun saya di restoran selainnya saya di pastry,” kata dia.

Setelah lama bersama William Wongso, Tole memutuskan untuk membangun usaha secara mandiri.

Bersama istri dan anaknya, mereka berjualan nasi goreng dengan menggunakan gerobak.

Awalnya pada 2012, nasi goreng tersebut sempat viral saat baru dibuka. Kala itu, Ia berdagang di wilayah Petogogan, Jakarta Selatan.

“Dulu ramai, tapi setelah itu biasa saja. Terus pas pandemi sepi banget pembeli, kadang sediain nasi lima liter tapi enggak habis,” tuturnya.

Ia berkisah, pernah suatu waktu William mengunjunginya saat sedang berdagang nasi goreng. Tole kemudian diberi semangat agar meneruskan usahanya.

“Dia jalan-jalan nemu tukang nasi goreng ramai banget. Dia datang eh ternyata yang jualan saya. Dia ketawa. Nanya gimana? Ramai ? Saya jawab, ramai pak. Kata dia ya sudah teruskan,” kisah Tole.

Memasak di Istana Negara

Pengalaman Tole tak sampai di situ, kala bekerja bersama William Wongso, Ia pernah dua kali diundang untuk memasak di Istana Negara.

Saat itu Abdurrahman Wahid atau Gusdur masih menjabat sebagai Presiden Indonesia.

“Waktu itu masih almarhum Pak Gusdur, pernah saya diundang dua kali bantu masak,” lanjutnya.

Meski usahanya naik turun, namun Tole mengaku lebih senang memiliki usaha sendiri. Ia bermimpi mendirikan warung yang lebih besar agar pelanggan bisa duduk dengan nyaman.

Sebab saat ini Tole baru bisa menyediakan kursi dan lesehan di trotoar untuk pelangganya.

“Ingin buka warung. Inginnya buka warung makan. Mudah-mudahan begini (ramai) terus,” tambah Tole.

Bagi anda yang penasaran dengan nasi goreng pelangi milik Pak Tole, bisa datang ke Jalan Panglima Polim V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

https://www.kompas.com/food/read/2020/11/06/191100875/kisah-pedagang-nasi-goreng-pelangi-kerja-bareng-william-wongso-dan-masak-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke