Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Krakakoa, Cokelat Artisan Indonesia dari Kebun Berkelanjutan

KOMPAS.com - Industri cokelat di Indonesia beberapa tahun belakangan kian maju. Bermunculan cokelat artisan yang menawarkan rasa, kemasan, dan nilai tambah.

Nilai tambah ini tak hanya didapat konsumen, melainkan juga petani, dan lingkungan.

Salah satu cokelat artisan yang meramaikan industri cokelat tanah air adalah Krakakoa.

Krakakoa menganut konsep "Farmer to Bar", bermitra dengan petani daerah Indonesia untuk membuat cokelat.

Founder & CEO Krakakoa, Sabrina Mustopo, menjelaskan sebelum merintis Krakakoa ia bekerja sebagai konsultan manajemen multinasional berfokus pada sektor pertanian.

"Selama mengerjakan salah satu proyek saya di sana, saya belajar mengenai industri cokelat Indonesai dan belajar beberapa masalah yang ada," kata Sabrina kepada Kompas.com.

Permasalahan industri cokelat Indonesia yang dilihat Sabrina adalah produktivitas yang rendah, pendapatan petani yang kecil, kualitas biji cokelat yang buruk, dan praktik tanam tak berkelanjutan.

Hal tersebut membuat Sabrina tergerak, pasalnya saat itu Indonesia berada di peringkat tiga negara penghasil biji kakao terbesar di dunia. Namun tak lepas dari berbagai masalah.

"Saya percaya ada kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan ini secara berbeda. Binis yang dapat memberi dampak positif, bermanfaat bagi petani dan menjaga lingkungan," kata Sabrina.

Dengan konsep tersebut, Krakakoa tak memiliki lahan untuk perkebunan kakao. Mereka bekerja sama dengan petani lokal yang memiliki kebun dengan luas 0,25 -2 hektar.

Selama bekerja sama, para petani akan diberikan peralatan dan pelatihan untuk menghasilkan kakao organik berkualitas baik.

Para petani akan mendapat program pelatihan menanam kakao berkelanjutan, penanganan hama organik, proses fermentasi, dan pengeringan kakao selama 8-16 pekan.

Sejak 2013 Krakakoa dibentuk, mereka bekerja sama dengan 500 petani kakao yang tersebar di Sumatera dan Sulawesi.

Lewat profil perusahaan Krakakoa, juga disebutkan bahawa petani yang bekerja sama dengan Krakakoa hasil produknya dibeli 300 persen dari harga pasar.

Krakakoa juga melacak lahan petani dalam menanam kakao melalui GPS, agar mereka tidak menanam kakao di lingkungan taman nasional supaya tidak menggangu ekosistem taman nasional.

Kembali ke konsep Famer to Bar dari Krakakoa, konsep ini dapat terjadi lantaran Krakakoa menghapus proses middleman seperti tengkulak.

Mereka memboyong cokelat dari petani, diproses, dikemas, dan langsung dijual ke konsumen. Ada 10 tahapan yang dilalui sebatang cokelat Krakakoa yang disantap konsumen.

Sepuluh tahap itu adalah pelatihan petani, panen kakao, fermentasi, pengeringan, pemilihan, roasting (pemanggangan), pemisahan cangkang kakao dan biji, penggilingan, tempering dan pembentukan, pembungkusan.

Hasil cokelat Krakaoa dari yang Kompas.com rasakan adalah cokelat dengan spesialisasi rasa yang unik.

Krakakoa mengeluarkan beberapa rasa yang terdiri dari Flavours of The Archipelago, Arenga Classics, Single Origin Collection, Chocolate Bark, dan Cacao Nibs.

Favorit Kompas.com adalah Single Origin Collection. Tak terbayang cokelat dari setiap daerah Indonesia ternyata memiliki rasa berbeda satu sama lain. Dengan kompleksitas rasa yang nikmat.

Hal ini mengingatkan akan kopi spesialisasi dari daerah Indonesia yang sudah dikenal dunia.

Pada perjalanannya, Krakaoa juga mendapat penghargaan dari Academy of Chocolate tahun 2017 dan 2018 kategori artisan cokelat.

"Apa yang saya mau adalah memproduksi cokelat dengan kualitas terbaik di Indonesia dengan 100 persen biji kakao Indonesia," pungkas Sabrina.

https://www.kompas.com/food/read/2020/07/20/170200175/mengenal-krakakoa-cokelat-artisan-indonesia-dari-kebun-berkelanjutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke