Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ikhsan, Anak Tukang Bangunan Lulus Cumlaude di UGM

Kompas.com - 18/04/2024, 19:58 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Muhammad Ikhsanuddin Alamin mengaku tak menyangka bisa lulus tepat waktu dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi.

Mahasiswa Pogram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM angkatan 2020 ini menjadi peraih IPK tertinggi dalam wisuda Program Sarjana periode II Tahun Ajaran 2023/2024.

Dia lulus dengan IPK 3,98 atau cumlaude dalam waktu tiga tahun empat bulan. Ikhsan mengaku tidak pernah terpikir akan meraih IPK 3,98, karena pada awal menempuh pendidikan di FK-KMK tujuan utamanya adalah bisa beradaptasi dengan kehidupan perkuliahan yang berbeda dengan kehidupan SMA.

"Di perkuliahan, mahasiswa dituntut dewasa dan mandiri. Artinya, harus bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Saya tidak pernah menarget untuk mendapatkan IPK tinggi, namun ternyata tujuan awal yang saya tekuni tersebut membuat nilai saya terus naik hingga menyentuh IPK sebesar 3,98," ucap dia seperti dilansir dari laman FK-KMK UGM pada Kamis, (17/4/2024).

Baca juga: Kisah Afifatur, Raih LPDP dan Lulus S3 Unair dengan IPK 4,0

Ikhsan adalah putra bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Suradi adalah buruh kuli bangunan, sedangkan ibunya bernama Sri Sukarmi merupakan pedagang kaki lima yang tiap hari jualan sandal dan sepatu di Alun-Alun Karanganyar. Dia merupakan satu-satunya anggota dari keluarganya yang meraih gelar sarjana.

Motivasi untuk selalu memberikan yang terbaik di dalam setiap kesempatan memberikan alasan kuat untuk serius dalam mencapai tujuannya.

Tidak berharap akan mendapatkan IPK tinggi, tapi Ikhsan selalu berpesan kepada dirinya sendiri untuk tidak pesimis atas usahanya.

Selain itu, Ikhsan juga memiliki harapan bisa membahagiakan kedua orangtuanya melalui apapun yang dirinya lakukan.

Untuk saat ini, sebagai mahasiswa dirinya berharap bisa memberikan prestasi yang akan membuat orangtuanya bangga.

Baca juga: Cerita Devy, Lulus S2 Kedokteran Unair yang Gapai IPK 4,00

Meski mendapatkan IPK hampir sempurna, Ikhsan mengaku tidak punya strategi belajar yang istimewa.

Namun, Ikhsan merupakan pribadi yang tekun dalam belajar sehingga hasil yang ia dapatkan sebanding dengan usahanya.

"Saya selalu melakukan overview blok yang akan datang sebelum blok tersebut mulai untuk mendapat gambaran. Biasanya, materi saya dapatkan dari kakak tingkat. Selain itu, saya juga selalu menyisihkan waktu mulai 2 minggu sebelum ujian blok untuk mempelajari semua materi yang sudah dirangkum. Cara ini berhasil karena saya nyaman melakukannya, tetapi belum tentu nyaman dilakukan orang lain," ungkap Ikhsan.

Tips belajar untuk meraih IPK yang baik

Ikhsan menekankan, setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Namun, ia memiliki tips yang bisa diikuti oleh semua mahasiswa.

Pertama, mahasiswa harus memahami komposisi penilaian di setiap blok, berapa persen untuk praktikum, ujian, dan lain sebagainya.

Kedua, apabila sudah memahami komposisi penilaian, jangan remehkan komposisi penilaian yang kecil. Meski hanya 5 persen pun harus tetap dilakukan dengan maksimal.

Ketiga, mahasiswa sebaiknya tidak lelah melakukan review materi. Apabila ada materi yang belum dipahami, jangan ragu meminta bantuan teman.

Terakhir, perhatikan baik-baik apa yang disampaikan oleh dosen supaya bisa menangkap poin penting materi tersebut. “Saya adalah tipe orang yang tidak suka banyak mencatat. Lebih baik saya fokus memperhatikan penjelasan dosen kemudian mencatat poin pentingnya dan membuat catatan versi saya sendiri,” terang Ikhsan.

Salah satu blok yang paling disukai Ikhsan adalah Comfort, Well-being, and Coping.

Dirinya menyukai blok ini karena membuatnya sadar bahwa tugas sebagai perawat tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis pasien, tetapi juga kebutuhan spiritualnya.

Peran perawat tidak berhenti ketika berhasil mengantarkan pasien yang sakit untuk sembuh, tetapi juga harus memberikan perawatan paliatif kepada pasien yang memiliki penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan. Artinya, seorang perawat dituntut untuk bisa mengantarkan pasien meninggal dalam keadaan bermartabat.

Proses belajar Ikhsan tidak selalu mulus, kadang-kadang dirinya mendapatkan kesulitan yang harus dipikirkan solusinya. Kesulitan yang sering ditemui adalah gangguan notifikasi telepon seluler.

Untuk mengatasinya, Ikhsan tegas kepada dirinya untuk mematikan notifikasi supaya bisa kembali fokus belajar.

Selain itu, pada masa-masa perkuliahan, fokus Ikhsan tidak hanya pada hal-hal akademik, tetapi juga kegiatan organisasi. Hal ini menuntut dirinya untuk bisa menyusun skala prioritas supaya semua kewajiban bisa diselesaikan sesuai target.

Pada tahun pertama masa kuliah Ikhsan tergabung dengan BEM FK-KMK Kementerian Sosial Masyarakat dan dilanjutkan menjadi Menteri dalam Kementerian tersebut pada tahun kedua.

"Tidak ada tips khusus dalam manajemen waktu, semua mengalir begitu saja. Namun, waktu untuk hobi biasanya saya sisihkan ketika semua kewajiban sudah selesai," tegas Ikhsan.

Menurut Ikhsan, proses belajar lebih penting dibanding mendapatkan IPK tinggi.

"Di FK-KMK ditekankan untuk menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat. Ilmu pengetahuan di dunia kesehatan selalu berubah seiring berkembangnya zaman, maka profesi kesehatan tidak boleh berhenti belajar. Selain itu, di FK-KMK mahasiswa juga dituntut untuk memiliki intuisi profesional kesehatan supaya bisa memberikan pelayanan kepada pasien secara maksimal," ungkap dia.

Kagum pada dua sosok profesor di UGM

Selama masa perkuliahan, Prof. Adi Utarini menjadi panutan yang dikaguminya. Kekagumannya tumbuh, saat Prof. Uut memberikan materi terkait nyamuk Wolbachia dalam mata kuliah Keperawatan Tropis.

Peran Prof. Uut sebagai salah satu peneliti utama di World Mosquito Program memukau Ikhsan.

"Selain itu saya juga kagum karena penelitian Prof. Uut memiliki tujuan utama untuk kemaslahatan orang banyak," tambah dia.

Setelah menyelesaikan pendidikan di FK-KMK, Ikhsan berharap bisa melanjutkan cita-citanya menjadi perawat klinis profesional yang bisa menerapkan filosofi perawatan yang diajarkan di FK-KMK.

Selain itu, Ikhsan juga berharap bisa menjadi perawat yang tidak hanya mampu menerapkan materi, tetapi juga nilai moral dan etika UGM.

Baca juga: Biaya Kuliah 3 Prodi Fakultas Kedokteran UGM Jalur Mandiri 2024

Apabila memiliki kesempatan, Ikhsan juga memiliki mimpi untuk melanjutkan pendidikan S2 dan spesialis keperawatan.

Ikhsan menjelaskan kontribusi dibidang kesehatan bisa dimulai dari diri sendiri dengan cara menerapkan ilmu pengetahuan yang selama ini didapatkan di perkuliahan.

Ikhsan juga berpesan untuk tidak takut bermimpi. Peluang untuk gagal memang ada, tetapi tidak seharusnya menjadikan hal tersebut alasan untuk takut. Hal yang terpenting adalah keberanian untuk keluar dari zona nyaman dengan mencoba hal baru.

“Tuhan memberikan kegagalan dengan tujuan supaya kita belajar dan tahu apa yang harus diperbaiki,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com