Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suherman
Analis Data Ilmiah BRIN

Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN, Peraih medali emas CONSAL Award

"Bullying" dan Budaya Literasi

Kompas.com - 10/03/2024, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dari berbagai penelitian dan pendapat para pakar ada indikasi bahwa siswa dan mahasiswa Indonesia, juga mayoritas penduduk, tidak terbiasa menganalisis informasi.

Fenomena hoax yang ramai sekarang ini adalah cermin bahwa masyarakat Indonesia belum bisa membedakan mana informasi yang benar dan palsu sehingga mudah ditipu atau diperdaya.

Membangun budaya literasi di lembaga-lembaga pendidikan adalah solusi tepat untuk mengeliminasi, bahkan menghilangkan perilaku bullying.

Gerakan literasi sekolah yang digulirkan oleh Kemendikbudristek sudah tepat, tetapi harus dilakukan revitalisasi dan pengembangan secara berkelanjutan, karena kelihatannya semakin hari semakin redup. (Tentang masalah ini lihat tulisan saya di Kompas.com dengan judul “Matinya Gerakan Literasi?”).

Namun harus diingat, kemahiran literasi saja bukanlah obat mujarab untuk mengobati bullying. Literasi hanyalah cara atau alat untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan.

Literasi seperti pisau bisa digunakan untuk menyembelih ayam atau menggorok leher manusia.

Dalam genggaman orang-orang pintar yang tidak bermoral, kemahiran literasi justru menjadi mesin kekerasan, bahkan mesin pembunuh yang paling berbahaya.

Oleh karena itu yang harus sangat diperhatikan adalah pesan atau isi dari bacaan, jangan sampai melupakan eksistensi Tuhan atau demensi moral dalam kegiatan membaca.

Nah, di sinilah kita melihat kembali pentingnya peran perpustakaan sekolah yang semakin hari semakin terpinggirkan.

Sejatinya, perpustakaan bisa dijadikan sebagai lokus gerakan literasi sekolah. Peran perpustakaan sebagai “jantung sekolah” tidak akan pernah bergeser, asalkan berada di tangan yang tepat sehingga bisa menjaga relevansi, tidak tergusur oleh kemajuan terknologi informasi, serta menjadi benteng moral sehingga tidak terjadi lagi bullying di sekolah dan pesantren.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com