DALAM era serba disrupsi saat ini, wajar saja jika terbersit pertanyaan tentang peran sekolah dan kampus. Apakah sekolah masih diperlukan? Apakah kampus perlu dipertahankan?
Saat ini eranya serba disrupsi, sering terjadi interupsi, keganjilan, munculnya keanehan, anomali, dan perubahan mendadak.
Disrupsi merujuk pada sesuatu yang beda tampil dan tidak sama dengan hal-hal biasa. Tentu saja seperti sudah banyak dibincang, soal digitalisasi.
Banyak tokoh-tokoh sukses dalam berbagai bidang tanpa harus dididik di sekolah, kuliah, atau melewati pendidikan formal.
Kenyataannya, pendidikan tidak hanya didapat di kampus megah, gedung sekolah, atau hal-hal formal. Pendidikan tidak selalu dengan mengikuti pelajaran di kelas dan berjenjang yang membutuhkan waktu, ongkos, dan kesabaran. Haruskah kita mengikuti alur itu terus?
Nyatanya, saat ini, dengan adanya berbagai aplikasi online, semua serba terbuka aksesnya. Semua jenis informasi sudah tersedia di Google. Semua jenis pidato ditayang di Youtube, tinggal search dan klik.
Semua informasi mendadak bisa diikuti di Instagram dan Tiktok. Manusia tinggal membuka layanan lewat laptop ringan atau layer kecil telepon genggam.
Masih perlukah hadir di kelas pelajaran guru dan menerima tugas? Masihkan harus duduk lama berjam-jam dan bertahun-tahun? Bisakah semua itu diringkas dalam tayangan reel, postingan, atau tulisan-tulisan di website?
Begini, banyak orang sukses dalam ekonomi, seperti menjadi konglomerat, pemimpin sosial dan publik, dan bidang-bidang lain tidak bergelar sarjana.
Tidak harus S2, S3 bahkan guru besar. Tidak selalu. Bahkan tidak lulus SMA pun memimpin masyarakat. Lalu, apa perlunya sekolah?
Dalam Forum Rektor Indonesia (FRI) minggu ini di Surabaya, banyak perserta membicarakan tantangan kampus, sekolah, dan pendidikan formal.
Era revolusi digital telah mempercepat tukar informasi, penyebaran berita, dan silang sengkarut pendapat. Semua dipercepat dengan instan. Apakah sekolah dan kampus siap?
Elon Musk, konglomerat sukses Amerika yang mendirikan Space-X dan Tesla, sering mengungkap bahwa pendidikan dan sekolah adalah dua hal berbeda.
Sekolah hanya menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dari guru, seperti PR (Pekerjaan Rumah atau ujian), bukan mendidik.
Katanya lagi, Musk mengaku bukan lulusan Harvard atau sekolah terkenal. Namun orang-orang yang bekerja di bawahnya banyak yang lulusan Harvard dan kampus-kampus ternama di dunia.