Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Start Up Day" Binus Business School: Membangun Ekosistem Start Up di Ekonomi Baru

Kompas.com - 04/11/2023, 10:06 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

Dalam pemaparannya, Gabriella melihat beberapa faktor bagaimana di antaranya bisnis model, kebutuhan pasar, tim dan founder, traksi, dan fund rising. "Hal-hal ini dapat dinegosiasi tapi hal ini yang kami lihat saat teman-teman pitching," pesan Gabriella.

"Juga memerlukan public speaking untuk meyakinkan. jadi tanggungjawab founder untuk meyakinkan investor PD (percaya diri) untuk berinvestasi di bisnis ini meski di tahap pemula," ungkapnya. 

Sementara Fandy mengungkapkan, hampir 100 persen investasi Kapital Venture di start up pilihan mereka mendapatkan pendanaan lanjutan.

"Dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, new ritail masih menjadi pilihan investor melihat pola konsumsi masyarakat yang masih dominan," ungkap Fandy.

Fandy menambahkan, pilihan menjadi start up atau bisnis konvensional yang menjadi kunci adalah manusia yang menjalankan ekosistem bisnis tersebut.

Gabriella mengungkapkan setidaknya 15 unicorn menjadikan Indonesia menjadi home base.

Hal ini menunjukkan Indonesia menjanjikan untuk perkembangan start up ke depan karena beberapa faktor: industri start up yang diterima masyarakat, regulasi pemerintah yang mendukung start up serta kerja sama yang baik antara sektor publik dan swasta.

Dalam sesi kedua, James Prananto mengingatkan bisnis start up bukan semata mengenai teknologi melainkan melakukan scale up bisnis secepat mungkin. Hal ini mendapatkan afirmasi dari Benny Yahya, Co Founder Beauty Haul.

"Tidak serta merta semua juga langsung berhasil. Jika kita membesarkan brand orang, biasa principal (pemilik brand) akan menghentikan, jadi kita memikirkan untuk membuat brand sendiri," ungkap Benny Yahya.

Benny meyakini produk Indonesia memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk luar, bahkan dapat melakukan ekspansi ke pasar luar negeri.

"Kopi Kenangan melihat seberapa besar bisa scale up. Kembali lagi ke visi. Kopi Kenangan ingin hadir 20-50 tahun lalu melewati founder-nya. Itu yang membuat kami memutuskan menerima VC (Venture Capital)," ungkapnya.

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan: Perwakilan Perdagangan di 45 Negara Siap Kolaborasi dengan UMKM dan Start Up

Benny menyampaikan, kegagalan Beauty Haul dalam meyakinkan VC di masa-masa awal menyadarkan pentingnya membangun visi dan story telling dari bisnisnya.

"Itu proses pembelajaran, harus dipersiapkan sebaik mungkin. Bisnis model harus jelas, dan kita mau melangkah ke mana," pesan Benny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com