Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Start Up Day" Binus Business School: Membangun Ekosistem Start Up di Ekonomi Baru

Kompas.com - 04/11/2023, 10:06 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Binus Business School menggelar "Start Up Day" dengan mengangkat tema "Untold Story for Tech Industry: The Hope for a Sustainable New Economy" di JWC Kampus, Jakarta pada 2 November 2023.

Kegiatan "Start Up Day" ini terbagi menjadi tiga kegiatan utama yakni; Start Up Exhibition, CEO Speaks on Leadership, serta Networking.

Executive Dean BINUS Business School, Dezie L. Warganegara menyampaikan kegiatan Start Up Day menjadi salah satu bentuk komitmen Binus Business School untuk menghubungkan mahasiswanya dengan tokoh C-level dari berbagai industri.

"Dengan demikian, mereka dapat mempelajari pengalaman key figure secara langsung untuk dijadikan bekal mendirikan usaha sendiri di masa depan sehingga, wawasan dari diskusi CEO Speaks juga akan melengkapi ilmu yang mereka peroleh dari bangku kelas," jelasnya.

Harapannya, lanjut Dezie, mahasiswa dapat memperoleh wawasan untuk memajukan perekonomian lokal bersama-sama.

Apalagi, Binus Business School baru saja memperoleh pencapaian gemilang dengan mempertahankan posisinya dalam daftar 250 Program MBA Terbaik di Dunia versi QS Global MBA Rankings 2024, berada di peringkat ke-36 Asia, dan menjadi MBA program terbaik di Indonesia, membuat kami ingin berkontribusi lebih,” ungkapnya.

Sesuai dengan visi Binus University untuk fostering and empowering the society, CEO Speaks terbuka untuk siapa saja, bukan hanya ditujukan untuk mahasiswa.

Gelar wicara CEO Speaks on Leadership terbagi menjadi dua sesi, masing-masing sesi menghadirkan dua pembicara utama.

Sesi pertama "Venture Capitals: Impactful Investment During a Downturn" menghadirkan pembicara Fandy Cendrajaya (Kapital Venture) dan Gabriella Thohir (Sky Star Capital).

Baca juga: Jaring Start Up untuk Dukung Digitalisasi UMKM, KemenKopUKM Gelar Pitching Day Pahlawan Digital UMKM 2023

Sedangkan sesi kedua "Founders: Building Generational Business" menampilkan narasumber James Prananto (CEO dan Co Founder Kopi Kenangan) serta Benny Yahya (Co Founder Beauty Haul).

Potensi ekosistem start up Indonesia

 

Gelar wicara Untold Story for Tech Industry: The Hope for a Sustainable New Economy yang digelar Binus Business School di JWC Kampus, Jakarta pada 2 November 2023.
DOK. KOMPASCOM/YOHANES ENGGAR Gelar wicara Untold Story for Tech Industry: The Hope for a Sustainable New Economy yang digelar Binus Business School di JWC Kampus, Jakarta pada 2 November 2023.

Dalam pemaparannya, Gabriella melihat beberapa faktor bagaimana di antaranya bisnis model, kebutuhan pasar, tim dan founder, traksi, dan fund rising. "Hal-hal ini dapat dinegosiasi tapi hal ini yang kami lihat saat teman-teman pitching," pesan Gabriella.

"Juga memerlukan public speaking untuk meyakinkan. jadi tanggungjawab founder untuk meyakinkan investor PD (percaya diri) untuk berinvestasi di bisnis ini meski di tahap pemula," ungkapnya. 

Sementara Fandy mengungkapkan, hampir 100 persen investasi Kapital Venture di start up pilihan mereka mendapatkan pendanaan lanjutan.

"Dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, new ritail masih menjadi pilihan investor melihat pola konsumsi masyarakat yang masih dominan," ungkap Fandy.

Fandy menambahkan, pilihan menjadi start up atau bisnis konvensional yang menjadi kunci adalah manusia yang menjalankan ekosistem bisnis tersebut.

Gabriella mengungkapkan setidaknya 15 unicorn menjadikan Indonesia menjadi home base.

Hal ini menunjukkan Indonesia menjanjikan untuk perkembangan start up ke depan karena beberapa faktor: industri start up yang diterima masyarakat, regulasi pemerintah yang mendukung start up serta kerja sama yang baik antara sektor publik dan swasta.

Dalam sesi kedua, James Prananto mengingatkan bisnis start up bukan semata mengenai teknologi melainkan melakukan scale up bisnis secepat mungkin. Hal ini mendapatkan afirmasi dari Benny Yahya, Co Founder Beauty Haul.

"Tidak serta merta semua juga langsung berhasil. Jika kita membesarkan brand orang, biasa principal (pemilik brand) akan menghentikan, jadi kita memikirkan untuk membuat brand sendiri," ungkap Benny Yahya.

Benny meyakini produk Indonesia memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk luar, bahkan dapat melakukan ekspansi ke pasar luar negeri.

"Kopi Kenangan melihat seberapa besar bisa scale up. Kembali lagi ke visi. Kopi Kenangan ingin hadir 20-50 tahun lalu melewati founder-nya. Itu yang membuat kami memutuskan menerima VC (Venture Capital)," ungkapnya.

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan: Perwakilan Perdagangan di 45 Negara Siap Kolaborasi dengan UMKM dan Start Up

Benny menyampaikan, kegagalan Beauty Haul dalam meyakinkan VC di masa-masa awal menyadarkan pentingnya membangun visi dan story telling dari bisnisnya.

"Itu proses pembelajaran, harus dipersiapkan sebaik mungkin. Bisnis model harus jelas, dan kita mau melangkah ke mana," pesan Benny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com