Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FMIPA, PUI Pendeteksi Patogen UNJ, dan Unibraw Gelar Seminar Diagnosis Autoimun dan TSHR Berbasis LFIA

Kompas.com - 03/11/2023, 14:58 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

 

Prof. Iwan berharap, "kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus berani, jangan talking too much, buktikan dengan sesuatu yang berbeda dari yang lain dan mempunyai nilai."

"Saya harap kolaborasi ini terus berlanjut, karena dengan adanya kolaborasi, keilmuan kita terus berkembang," tambahnya.

Pentingnya perangkat deteksi cepat 

Dalam pemaparannya, Prof. Aulanni'am mengangkat tema "Deteksi Dini Penyakit Thyroid Autoimun Berbasis Thyroid Peroksidase(TPO) dan Thyroid Stimulating Hormon Receptor (TSHR) Untuk Peningkatan Layanan Kesehatan di Indonesia."

Ia menegaskan pentingnya perangkat deteksi cepat untuk pelayanan kesehatan karena pesatnya perkembangan teknologi, utamanya informasi dan komunikasi, ditandai dengan revolusi industri 4.0 yang secara efektif menggerakkan eHealth menuju Healthcare 4.0.

Healthcare 4.0 secara umum merujuk pada adopsi sistem pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi yang memfasilitasi pergeseran dari layanan berpusat pada rumah sakit menjadi layanan berpusat pada pasien.

Healthcare 4.0, lanjut Prof. Aulanni'am, memberi akses ke produk kesehatan berkualitas baik, terjangkau dan tepat.

"Hal ini sangat diperlukan untuk memajukan kesehatan universal, mengatasi keadaan kualitas kesehatan yang kurang baik, Rapid test (Diagnostik in vitro) dan sejenisnya adalah test yang digunakan mendeteksi penyakit, sangat diperlukan untuk diagnosis dini dan perawatan kesehatan yang berkualitas," paparnya.

Pada kesempatan sama, Dyah Kinasih dalam materi berjudul "Pengembangan Diagnostik Tiroglobulin Berbasis Aptamer" memaparkan penyakit tiroid merupakan gangguan endokrin kedua terbesar setelah diabetes mellitus.

Gangguan Tiroid dialami lebih dari 10 negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin hingga mencapai 1,6 milyar jiwa. Latar belakang pengujian Tiroglobulin berbasis Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA memiliki kelemahan seperti waktu, alat, perlu tenaga terlatih, dan biaya.

"Oleh karena itu, perlu pengujian yang sederhana agar dapat diimplementasikan di fasilitas kesehatan primer dan dapat digunakan untuk mendukung diagnosa gangguan tiroid," ungkap Dyah Kinasih.

Dyah Kinasih menyampaikan pula, peluang penggunaan Aptamer dalam mendukung diagnostik penyakit, di antaranya mudah dimodifikasi karena struktur yang lebih sederhana dibanding protein.

Baca juga: Kenali Nefropati IgA, Penyakit Autoimun yang Bisa Memicu Gagal Ginjal

Kelebihan Aptamer juga karena memiliki struktur tiga dimensi yang dihasilkan karena self-annealing dan selective affinity yang dihasilkan pada saat proses SELEX.

"Permeabilitas tinggi, ukuran aptamer antara 50-100 bp ≈ 8-25 kDa sangat signifikan dibanding antibodi yang pada umumnya memiliki berat molekul berkisar 150 kDa, sehingga dalam terapi dapat berpenetrasi dengan mudah pada sel/jaringan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com