Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Masyarakat Linguistik Indonesia
Komunitas Kajian Bahasa

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) adalah himpunan profesi yang menghimpun bahasawan, dosen, guru, mahasiswa, peneliti, maupun pengamat bahasa atau siapa saja yang tertarik dengan kajian bahasa dari seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara.

Belajar Bahasa Ibu Berbasis Komunitas

Kompas.com - 07/09/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita mendengarkan ibu kita berbicara, mengingat kata-katanya, dan kemudian mengucapkan kata-kata itu, dan lambat laun, seturut waktu, kita kemudian mahir berbahasa ibu.

Sekali lagi, ingat, kita tidak pernah berpikir tentang tata urut kata, tata urut kalimat, sebagaimana saat kita belajar satu bahasa lain di sekolah atau bahkan di kursus-kursus bahasa asing.

Jadi, mahir berbahasa ibu adalah soal adanya kesempatan memperoleh, dan kesempatan itu disediakan oleh ibu kita, sedangkan mahir berbahasa satu bahasa lain melalui sekolah atau kursus adalah kesempatan mempelajari.

Bahasa ibu diperoleh, sedangkan bahasa lain dipelajari saat kita ingin mahir satu bahasa lain.

Tetapi sekarang saat kita menghadapi kenyataan bahwa bahasa-bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu hampir semua penduduk pedesaan Indonesia makin tergerus, kita malah sibuk menyusun satu cara belajar bahasa ibu dengan membawanya ke sekolah. Padahal, kita tahu bahwa bahasa ibu tidak punah di sekolah, melainkan di rumah.

Kita yakin dengan membawa bahasa daerah ke sekolah, kita bisa menyelamatkan bahasa ibu dari ancaman kepunahan. Kita kemudian menambah mata pelajaran di sekolah dasar yang sudah kebanyakan mata pelajaran.

Padahal, secara umum se-Indonesia, pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal lebih banyak gagalnya ketimbang berhasil. Penyebabnya mulai dari tidak bagusnya bahan ajar, model belajar, dan guru yang tidak kompeten.

Fakta di beberapa daerah di Indonesia, sampai tamat sekolah dasar, anak-anak yang diberi pelajaran bahasa daerah tidak bisa mahir berbahasa daerah.

Daripada kita membuang-buang waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk belajar bahasa daerah di sekolah dasar sebagai mata pelajaran muatan lokal, lebih baik kita rancang satu model belajar bahasa daerah yang berbasis komunitas di kampung bahasa tersebut digunakan.

Bahan ajar, model belajar, dan guru tentu saja berbeda dengan model belajar bahasa di sekolah. Kurikulumnya adalah mileu “percakapan nyata dan alamiah di rumah”, gurunya adalah ibu dan ayah (tentu yang sama bahasa ibu).

Bahan-bahan ajar adalah seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari di rumah. Praktik belajarnya adalah ibu dan ayah membiasakan anak-anak mengunakan bahasa ibu. Peserta belajarnya adalah anak-anak di rumah.

Terus, di mana peran pemerintah dalam sekolah berbasis komuntas?

Ada tiga hal yang mungkin disediakan pemerintah. Pertama, bahan ajar, berupa cerita-cerita, wacana cara membuat produk rumahan, cara berkebun, cara membuat perahu, cerita tentang panen, cara membuat rumah, dan lain-lain wacana dalam bahasa ibu/bahasa daerah.

Kedua, pendampingan kepada ibu sebagai model berbahasa. Pendampingan ini lebih bersifat memberi bekal tentang bagaimana ibu sebagai model berbahasa benar-benar menggunakan bahasa ibu di rumah dari bangun pagi hingga tidur.

Ketiga, pemberian insentif dan penghargaan kepada para ibu yang berhasil menjadikan anak-anak mereka mahir berbahasa ibu.

Belajar bahasa ibu berbasis komunitas masih berupa gagasan awal. Desainnya perlu dimatangkan sehingga benar-benar merupakan model belajar seperti home schooling atau sekolah alam.

Kita mungkin memulainya dengan membuat prototipe belajar bahasa ibu berbasis komunitas di beberapa kampung/desa/kelurahan. Atau bila desainnya sudah jadi, maka bisa dilakukan serentak di seluruh kampung.

Ada masa pendampingan, pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut. Belajar bahasa berbasis komunitas ini dapat menggunakan aplikasi atau platform yang tentu saja dapat digunakan oleh para ibu dan anak-anak mereka.

*Profesor Antropolinguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com