Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Masyarakat Linguistik Indonesia
Komunitas Kajian Bahasa

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) adalah himpunan profesi yang menghimpun bahasawan, dosen, guru, mahasiswa, peneliti, maupun pengamat bahasa atau siapa saja yang tertarik dengan kajian bahasa dari seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara.

Belajar Bahasa Ibu Berbasis Komunitas

Kompas.com - 07/09/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Suami istri usia muda ini telah meninggalkan bahasa ibunya dan memilih bahasa Melayu Ternate sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari di lingkungan rumah.

Karena itu, bahasa pertama atau bahasa ibu anak-anak mereka adalah bahasa Melayu Ternate, bukan lagi salah satu bahasa daerah di Maluku Utara.

Simpulan Living Tongues dan dua temuan di atas mengonfirmasi bahwa bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu telah ditinggalkan oleh penutur jatinya sendiri.

Dalam artikel di harian Kompas, 21 Februari 2022, saya menyebut bahwa penutur bahasalah yang menjadi pembunuh bagi bahasanya sendiri. Mereka menggenosida bahasa ibunya.

Mungkin pernyataan yang terlalu ekstrem. Namun, fakta semakin tergerusnya sejumlah bahasa daerah di Indonesia, terutama di Indonesia bagian timur adalah bukti tentang “bunuh diri bahasa” secara tidak sadar dilakukan oleh penuturnya sendiri.

Proses memunah

Fakta tentang makin ditinggalkannya bahasa daerah sebagai bahasa ibu oleh penutur bahasa etnik di Indonesia, terutama di Maluku Utara dapat kita gambarkan proses penggerusannya sebagai berikut.

Pertama-tama, orangtua, terutama para ibu tidak menggunakan bahasa ibunya kepada anak-anak mereka di lingkungan rumah.

Para ibu mulai mengenalkan bahasa lingua franca kepada anak-anak mereka. Para ibu hanya menggunakan bahasa ibu (atau bahasa daerah) kepada sesama orang-orang yang seusia dengan mereka.

Artinya, bahasa ibu hanya digunakan oleh para orang tua, sedangkan anak-anak mereka tidak lagi mendapatkan kesempatan mendapatkan bahasa ibu.

Pilihan dan sikap bahasa (language attitude and language choice) telah menghilangkan kesempatan hak memperoleh bahasa ibu (language right) dari ibu mereka sendiri.

Ini terjadi justru pada saat anak-anak mereka telah siap secara psiko-kognitif memperoleh bahasa ibu orangtua mereka.

Padahal, pada usia emas pemerolehan bahasa inilah anak-anak harus mendapatkan atau diberi kesempatan memperoleh bahasa ibu dari ibu mereka.

Kehilangan kesempatan anak-anak memperoleh bahasa ibu justru terjadi di rumahnya sendiri, bahkan kehilangan itu terjadi pada saat anak-anak telah siap memperoleh bahasa.

Situasi kehilangan kesempatan itu bersamaan dengan pemberian kesempatan anak-anak memperoleh satu bahasa lain yang disediakan oleh para ibu.

Fakta menunjukkan bahwa di Sulawesi Utara dan di Maluku Utara, atau bahkan beberapa kota di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua, anak-anak untuk pertama kalinya telah memperoleh bahasa lingua-franca, yaitu bahasa Melayu Larantuka/Melayu Kupang, Melayu Manado, Melayu Ambon, dan Melayu Papua sebagai bahasa pertama, bahasa ibu.

Artinya, bahasa pertama yang diperoleh anak-anak bukan lagi bahasa suku bangsa, melainkan bahasa Melayu tempatan, yang merupakan lingua-franca pada wilayah-wilayah disebut di atas.

Hidupkan bahasa ibu di rumah sendiri

Perlu ditegaskan kembali, punah dan terancam punahnya sejumlah bahasa daerah di Indonesia, juga bahasa-bahasa etnik di negara lain sebagaimana yang dilaporkan Living Tongues terjadi di rumah dan di kampung sendiri.

Kepunahan itu karena anak-anak sebagai generasi pewaris bahasa ibu telah kehilangan kesempatan memperolehnya sejak usia mulai bisa berbicara/berbahasa.

Jadi, inilah saat pertama anak-anak kehilangan bahasa ibu dari ibu mereka. Dalam teori belajar bahasa, kehilangan kesempatan ini adalah kehilangan memperoleh (to acquire) bahasa ibu, bukan kehilangan mempelajari (to learn).

Satu hal yang sering kita lupakan bahwa pada saat memperoleh bahasa ibu, kita tidak pernah berpikir, bahkan tidak pernah belajar gramatika atau tata bahasa bahasa ibu kita.

Kita tidak berpikir tentang struktur kalimat, sebagaimana saat kita dewasa dan berkesempatan mempelajari satu bahasa lain, terutama bahasa asing yang kita dapatkan di sekolah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com