Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yubita, Mahasiswa Disabilitas Gapai Kuliah Gratis di UGM

Kompas.com - 02/08/2023, 13:13 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

"Ayah meninggal hampir bersamaan saat kelulusan SMA. Makanya saat lulus dari SMA Negeri 1 Karangrayung sempat gap year," jelas Yubita.

Baca juga: 20 Kampus Terbaik Indonesia Versi Webometrics 2023, UI Naik Peringkat

Kesedihan yang bertubi-tubi bukan akhir dari segalanya. Meski Yubita sadar hari-hari yang akan dijalaninya akan semakin berat. Apalagi jika melihat ibunya, Juwariyah harus sendirian menanggung hidup keluarga.

Sang kakak, Yuli Nur Hidayah sudah berkeluarga tetapi belum bisa membantu banyak, karena belum terlalu mapan.

Sementara adiknya, Setyo Budi Utomo masih duduk di kelas 3 SD Negeri Termas.

Setahun menunggu kesempatan seleksi masuk perguruan tinggi, Yubita mengisi hari-harinya dengan membaca dan latihan soal-soal tes.

Dengan pendapatan ibunya sebagai buruh paruh waktu di pemotongan ayam di pasar Godong Grobogan, dia pun tak tega menyampaikan keinginannya untuk mengikuti bimbingan belajar.

"Tidak mungkin, lokasi bimbelnya juga jauh dari rumah," ujar dia.

Yubita memang tampak lebih dewasa dari usianya. Tidak mudah baginya berdamai dengan situasi setelah pasca operasi, tetapi dia tetap menjalani semua dengan tenang dan tawakal.

Pasca operasi menjadikannya semakin paham dengan kondisi tubuhnya meski tidak semakin leluasa.

Konsisten belajar untuk menggapai impian

Dia menuturkan, nilai-nilanya di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Karangrayung sesungguhnya tidak terlalu jelek dengan rata-rata nilai ujian sekolah yang mencapai 85,46.

Namun, untuk mengejar ketertinggalan, dia selalu konsisten dengan pola belajar yang rutin dan dilakoninya setiap hari dari mulai jam 3 dini hari hingga waktu shalat Subuh.

Baca juga: Sekian Biaya Kuliah di UPH 2023 hingga Lulus S1

"Beraninya paling bilang minta dibelikan buku-buku latihan soal dan paket try out. Kalau ada kesulitan-kesulitan sesekali buka YouTube. Kenapa Sastra, ya berharap saja kuliah lapangannya tidak terlalu banyak," ucap pengagum sastrawan Pramoedya Ananta Tour, Khalil Gibran, dan WS Rendra ini.

Yubita merasa bersyukur meski tidak memiliki badan sempurna, dia mendapat perlakuan baik dari teman-temannya.

Bahkan saat duduk di SMA Negeri 1 Karangrayung, salah satu temannya yang kebetulan masih saudara rela menjemput saat berangkat dan pulang sekolah.

Perempuan kelahiran Grobogan 23 April 2004 itu kini tengah menjalani Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) di kampus UGM.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com