Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Yessy, Dosen yang Raih Penghargaan Young Researcher Award 2023

Kompas.com - 23/07/2023, 15:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unaiar), Yessy Rahmawati berhasil mengukir prestasi tingkat internasional. Ia meraih penghargaan sebagai Young Researcher Award dalam World Renewable Congress 2023 di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, 16-20 Juli 2023.

World Renewable Congress 2023 merupakan kegiatan konferensi dunia yang mengangkat tema energi terbarukan.

Yessy menjelaskan, penghargaan tersebut ia dapat dari para peneliti muda yang berfokus pada energi terbarukan dan memiliki rekam jejak yang bagus.

Baca juga: Sosok Agus Pramusinto, Bersama 28 Ilmuwan Dunia Mentori Peneliti Muda Indonesia

Ia bersyukur mampu untuk membahas sektor lain di luar latar belakangnya sebagai peneliti bidang ekonomi dan berharap mampu meningkatkan kapasitasnya dalam berbagai aspek, utamanya sebagai peneliti.

Hubungkan ekonomi dengan energi terbarukan

Dengan fokusnya pada bidang environmental economic, Yessy menyadari tidak mampu berdiri sendiri, harus banyak stakeholder yang bekerja bersama.

“Semakin luas ilmu yang dimiliki, maka semakin besar pula dampak yang dihasilkan untuk masyarakat. Ketika kalian bermimpi untuk sesuatu, pasti punya jalan untuk meng-achieve itu. Walaupun menurut kalian itu tidak mungkin, mimpi apapun itu,” ujarnya dilansir dari Unair.

Dalam kegiatan tersebut, Yessy membawakan presentasi berjudul The Impact of Natural Disaster on Renewable Energy: The Rule of Foreign Direct Investment and Infrastructure.

Dari sana, ia membahas tentang apa yang perlu pemerintah lakukan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan ketika terjadi bencana alam.

Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu

“Apakah mereka harus membuka negara dengan me-attract more FDA atau membenarkan infrastruktur dulu. berdasarkan penelitian saya, menunjukan kalau di semua negara itu seharusnya tidak langsung membuka negara untuk FDA,” ungkap pengajar Prodi Ekonomi Pembangunan tersebut.

Menurutnya, memperbaiki infrastruktur terlebih dahulu perlu dilakukan. Sebab, hal tersebut akan meningkatkan konsumsi energi terbarukan sekitar 18 persen setiap tahunnya.

Dari langkah itu, lanjut dia, tentunya akan mengurangi konsumsi energi konvensional yang menghasilkan banyak limbah merugikan.

“Di dalam paper saya itu tidak menyangkutkan masalah political stability atau stabilitas politik, tetapi di sini saya meng-highlight bahwa political will dari pemerintah itu perlu. Dan itu telah political stability tentukan,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com