Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2023, 14:26 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah kalangan menilai implementasi Kurikulum Merdeka menciptakan perubahan besar dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Hal ini dikarenakan satuan pendidikan diberikan kebebasan implementasi Kurikulum Merdeka yang disesuaikan dengan visi-misi, fasilitas, serta kebutuhan belajar murid di seluruh pelosok negeri.

Pengamat Pendidikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Budi Santoso Wignyosukarto menjelaskan, keunggulan Kurikulum Merdeka terdapat pada relaksasi mata pelajaran.

Baca juga: Kemendikbud: Aturan Permenpan-RB Nomor 1 Berlaku Hanya untuk Dosen ASN

Keleluasan yang diberikan bagi satuan pendidikan dalam menyusun materi pembelajaran di sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal pada masing-masing daerah.

"Dengan relaksasi ini, gurunya jadi lebih kreatif daripada dulu yang materinya seragam seluruh Indonesia. Mereka dapat mengambil pembahasan masalah dari hal-hal lokal, budaya lokal, kearifan lokal, dan mungkin juga bisa kerja sama dengan UMKM yang ada untuk belajar kewirausahaan," kata dia dalam keterangannya, Selasa (18/4/2023).

Prof. Budi melanjutkan, dengan memasukkan permasalahan di lingkungan sekitar dalam pembelajaran, para siswa diharapkan menjadi lebih senang ketika belajar sehingga tertarik mempelajari dan mencintai daerahnya.

"Sekolah harus memahami apa yang dibutuhkan di daerahnya saat ini dan mendatang dalam menyusun Kurikulum Merdeka ini. Saya pernah ketemu dengan siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta mereka senang karena dapat mengembangkan kreativitasnya," ucap dia.

Sebagai contoh, para pendidik bisa mengajak para siswa melihat jenis flora dan fauna yang ada disekitar untuk mempelajari ekosistem kawasan.

Selanjutnya, siswa tersebut diminta untuk meneliti dan mendeskripsikan mengapa flora dan fauna tersebut dapat hidup di daerahnya.

"Ini cara belajar kearifan lokal. Dalam Kurikulum Merdeka mereka diharapkan menjadi ahli-ahli di daerahnya, termasuk memahami budayanya sendiri," ucap Prof. Budi.

Baca juga: Sosok Clareta, Peraih IPK Tertinggi Sebesar 3,97 di ITB

Halaman:


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com