Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UB Masuk Nominator Pembuat Logo IKN, Ini Ceritanya

Kompas.com - 10/04/2023, 19:54 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dari hari ke hari, persiapan ibu kota baru atau Ibu Kota Nusantara (IKN) makin dimatangkan, termasuk pembuatan logo IKN.

Salah satu sosok yang masuk nominasi pembuatan logo IKN justru datang dari Universitas Brawijaya (UB).

Sosok tersebut adalah Dimas Fakhruddin, dosen di Fakultas Vokasi, UB.

Namanya melambung lantaran ide logo karyanya masuk dalam lima besar Sayembara Cipta Desain Logo

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Desain Grafis Indonesia chapter Malang ini menyebut gambaran logo buatannya sebagai rumah bagi masyarakat.

"Maksudnya adalah bisa menciptakan sinergi yang berkelanjutan. Sedangkan secara visual diambil dari proses transformasi pengembangan IKN yang sesuai dengan visi Indonesia di tahun 2045 nanti," ujarnya dilansir dari laman UB.

Baca juga: Jadwal dan Cara Daftar Ulang Jalur SNBP 2023 di UB

Konsep bentuk logo, kata Dhimas, mengambil konsep dari tridaya atau konsep cipta, rasa, dan karsa.

"Dari Tridaya ini, juga mengambil karakter Indonesia sebagai negara maritim, agrikultur, dan keberadaan hutan serta lautan yang ada di Kalimantan, yang kemudian melahirkan tiga fase seperti menanam, merawat dan mengolah yang dimaknai sebagai sebuah upaya untuk berkembang, yang menjadi ide awal dari desain logo ini," jelas dosen di Departemen Industri Kreatif dan Digital ini.

Dia mengatakan, secara bentuk ia dan tim mengambil konsep dari Tridaya yang ada di nusantara, lalu kemudian dibagi menjadi tiga.

"Kemudian dari situ kita mengambil konsep Tridaya dan Indonesia selain disebut negara maritim juga disebut negara agrikultur , dimana di Kalimantan banyak tumbuhan banyak hutan dan juga laut. Akhirnya saya ambil untuk pengaplikasiannya agar tetap menjadi 3 fase lagi yaitu menanam, merawat, dan mengolah untuk jadi logonya memang merepresantasikan Sebuah upaya untuk berkembang dan dari situlah yang menjadi ide awalnya," ujarnya.

Baca juga: 10 Jurusan Sepi Peminat dan Terfavorit UB di UTBK SNBT 2023

Dhimas memilih tiga warna utama dalam desain ini.

"Hijau sebagai inspirasi utama, yang menggambarkan hutan dan hutan lindung di Kalimantan. Emas melambangkan IKN sebagai cikal bakal role model kota dunia, dan jingga yang menggambarkan kebersamaan atau sinergi yang berkelanjutan, antara stakeholder, masyarakat dan pemerintah," ujar alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Dalam proses pembuatan desainnya, Dhimas tidak sendiri.

Dia dibantu oleh 1 researcher dan copy writer, serta dua orang desainer grafis.

"Ide besarnya dari saya, lalu kami diskusikan hingga menghasilkan konsep tridaya dan 3 fase. Durasi pengerjaannya secara efektif mulai dari pertengahan Oktober, secara efektif 3-4 bulan dan selama pembuatan kita ada pendampingan dari tim kurator yang isinya para ahli dari otorita IKN dan ADGI pusat," ucapnya.

 

Untuk menjadi finalis, tidaklah mudah. Dhimas harus bersaing dengan 500 peserta lain hingga terpilih menjadi 5 besar.

Baca juga: 10 SMA Terbaik di Bogor, Referensi PPDB 2023 untuk Siswa

"Tantangannya, logo ini bisa digunakan untuk 20 tahun lagi, dan benar-benar terasa saat 2045 nanti. Jadi, bagaimana caranya logo ini bisa relevan hingga 20 tahun lagi dan seterusnya, dan tetap terinspirasi dari Pancasila untuk bisa menggambarkan dan mewakilkan sisi kelanjutan dan kebersamaan dalam bentuk segilima sebagai bentuk inti logo ini," terang dia.

Hingga kini, dalam website https://ikn.go.id/pilihlogonusantara sudah ada 285.689 pemilih. Pemilihan logo ini dibuka sejak 4 April hingga 20 Mei 2023.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com