Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Rifna Ajie
Guru

Guru Pendidikan Sosiologi SMA

Meneladani Ekalaya di Era Merdeka Belajar

Kompas.com - 04/04/2023, 10:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM epos Mahabharata ada kisah sampingan yang menarik untuk dibahas, yaitu cerita tentang seorang pemuda –pangeran dari Nisada, suku berkasta rendah (Sudra) yang mempunyai tekad sangat kuat untuk belajar seni perang, terutama memanah. Pemuda itu  bernama Ekalaya.

Kita tidak akan membahas keseluruhan kisah Ekalaya yang harus merelakan ibu jarinya untuk diberikan kepada guru Drona karena telah berlaku tidak sopan dengan mengaku-ngaku sebagai murid guru Drona. Bahasan di sini lebih kepada bagaimana tekad Ekalaya, yaitu tidak ada yang bisa menghalangi niatnya untuk belajar.

Meski tahu dia berasal dari kasta rendah, Ekalaya berani menemui dan mengutarakan niatnya untuk belajar kepada guru Drona, guru agung yang mashyur sakti luar biasa dan terikat sumpah untuk hanya akan mengajarkan ilmunya kepada para pangeran Kuru: Pandawa dan Kurawa.

Baca juga: Ekalaya, Tokoh Personifikasi Semangat Belajar Tak Kenal Putus Asa

Tentu saja guru Drona menolak Ekalaya sebagai muridnya. Namun tak berputus asa, Ekalaya kemudian pergi ke hutan. Dia mengukir sebuah patung tanah liat yang menyerupai guru Drona, melakukan bakti di depannya, dan berlatih memanah secara mandiri seolah-olah dalam pengawasan guru Drona untuk memotivasi diri.

Singkat cerita, Ekalaya membuat terkesima para pangeran Kuru, sampai membuat guru Drona khawatir bahwa kemampuan Ekalaya mungkin dapat mengalahkan Arjuna.

Meneladani Ekalaya

Ekalaya pembelajar mandiri yang mempunyai tekad kuat untuk menguasai keterampilan tertentu. Sosok Ekalaya yang sadar bahwa dia berasal dari kasta rendah dan mendapatkan penolakan untuk belajar dari guru Drona seharusnya dapat menjadi inspirasi bahwa tidak ada yang bisa menghalangi niat kita untuk belajar.

Berbeda dengan Ekalaya, sesungguhnya kita hidup pada era digital yang mempunyai akses terhadap sumber belajar sangat melimpah, tak terbatas. Sumbernya tersedia  dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai selera kita, seperti tulisan, video, suara, dan sebagainya yang semestinya kita dapat lebih dari Ekalaya untuk menjadi pembelajar mandiri.

Ekalaya adalah contoh bahwa siswa dapat belajar tanpa bergantung pada seorang guru, bahwa dengan niat, tekad, dan semangat seorang siswa dapat memperoleh keterampilan yang dibutuhkan.

Sebagai seorang guru, saya melihat siswa sebagai lembar kosong yang kita isi. Namun subyek yang mempunyai bekal. Mereka datang dengan membawa kemampuan, kebutuhan, bakat, dan minat yang berbeda-beda.

Di sisi lain, sebagai guru saya mempunyai keterbatasan akan pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan pengalaman belajar yang maksimal kepada mereka sesuai latar belakangnya.

Dengan akses sumber pengetahuan yang tak terbatas sekarang, tentu peran guru sebagai sumber pengetahuan dapat digantikan dengan mudah. Maka peran guru juga harus berubah dalam merancang pembelajaran. Pembelajaran harus diarahkan agar siswa menjadi pembelajar mandiri.

Baca juga: Nadiem Paparkan 3 Pilar Implementasi dari Merdeka Belajar Episode Ke-23

Dengan menjadikan siswa sebagai pembelajar mandiri bukan berarti kita meninggalkan siswa tanpa diawasi. Namun menerapkan hubungan kemitraan yang setara, menjadi mitra tidak harus tahu segalanya, tetapi dapat dimulai dengan menjadikan ruang kelas menjadi tempat bertukar pengetahuan antara guru dan siswa, maupun antar sesama siswa.

Bertukar pengetahuan berarti menerapkan aktivitas interaksi yang saling menguntungkan satu sama lain dengan mengungkapkan pikiran, pendapat, informasi yang dimiliki, bahkan memecahkan masalah bersama demi kegiatan belajar bersama. Dengan begitu siswa dan guru akan sama-sama menjadi pribadi seperti halnya Ekalaya, yakni pembelajar mandiri di era Merdeka Belajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com