Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Maman Fathurrohman, Ph.D
Dosen PNS di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Maman Fathurrohman, Ph.D adalah Dosen PNS di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Memperoleh gelar Doctor of Philosophy dari University of Wollongong, Australia

Tidak Tepat Melarang Siswa Pakai Gawai di Sekolah dan Rumah

Kompas.com - 04/01/2023, 17:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada kondisi gawai sudah menjadi perangkat yang esensial dalam kehidupan, dan tampaknya perkembangan kehidupan memang mengarah pada kondisi tersebut dengan cepat, maka tentunya para siswa saat ini yang merupakan bagian dari pelaku kehidupan pada masa yang akan datang, harus terbiasa serta secara efektif dan efisien mengoptimalkan penggunaannya.

Tanpa pembiasaan, bahkan adanya larangan atau keterbatasan bagi siswa dalam penggunaan keduanya berpotensi membentuk mereka menjadi gagap teknologi (gaptek) dan mungkin sulit beradaptasi.

Ada banyak argumen dan dugaan mengapa gawai dilarang atau dibatasi menjadi bagian kehidupan siswa, mulai dari alasan keselamatan dan kesehatan siswa, hingga pembentukan karakter yang katanya sulit tercapai bila gawai berpengaruh dalam kehidupan siswa.

Keselamatan dan kesehatan pengguna adalah tantangan bagi industri, yang tentunya terus menerus berusaha menghadirkan berbagai teknologi dan perangkat baru yang lebih aman dan nyaman bagi pengguna.

Misalkan layar perangkat yang lebih aman dan nyaman di mata, gelombang frekuensi yang lebih aman walaupun sering berinteraksi langsung, dan berbagai inovasi baru lainnya.

Sementara itu karakter sebenarnya adalah pembiasaan dan kesadaran berlandaskan pengetahuan dan sikap serta ditunjang oleh kemampuan manajemen diri dari individu-individu tersebut, dan hal ini dapat dikelola oleh guru serta lingkungan sekolah.

Oleh karena itu, pengaruh dari keberadaan gawai adalah salah satu aspek yang harus dikelola dengan baik, dan bukan untuk ditiadakan karena dianggap berpengaruh buruk.

Ada banyak solusi dan kemampuan tambahan bagi siswa yang bisa diperoleh dengan menjadikan gawai sebagai bagian kehidupan.

Keterbatasan alami manusia normal bisa meningkat dengan mengintegrasikan gawai dalam kehidupan.

Kemampuan menyelesaikan kalkulasi rutin yang kompleks secara cepat, kemampuan menampilkan ilustrasi 2-dimensi dan 3-dimensi secara interaktif dan menarik, interaksi dan komunikasi tanpa batas jarak ruang dan waktu, hingga terbukanya berbagai ruang informasi tanpa batas di dunia maya adalah sebagian kecil dari banyak kemampuan tambahan di luar kemampuan alami manusia yang bisa dimiliki siswa dengan mengintegrasikan gawai dalam kehidupan.

Tanpa gawai mungkin tetap bisa dilakukan, tetapi akan lebih sulit serta memerlukan waktu lebih lama.

Potensi negatif dari kemampuan-kemampuan tambahan itu memang ada, sebagai kondisi alami dari keberadaan suatu teknologi.

Sebuah pisau atau mesin blender memberi kemampuan tambahan untuk memotong bahan masakan serta menyiapkan makanan, walaupun tetap ada potensi salah dalam penggunaan.

Mobil atau motor bisa digunakan untuk membantu terjadinya kejahatan, tetapi niat baik penggunaan mobil dan motor adalah memberikan kemampuan tambahan pada penggunanya untuk bisa memiliki mobilitas yang lebih cepat dan lebih mudah daripada kemampuan mobilitas alami manusia, hanya dengan kaki atau tangannya.

Secara teknis, otomatisasi dan kemudahan bagi para siswa dan guru dengan mengintegrasikan gawai dalam pembelajaran mudah dilaksanakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com