Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andaru Psikologi Untar
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Kolom bincang masalah mahasiswa bersama Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

Andaru memiliki makna yang sarat akan kebahagiaan. Kolom ini mengajak pembaca membahas masalah seputar kehidupan mahasiswa, baik terkait akademik maupun non-akademik.

Bagi pembaca yang ingin berkonsultasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Pusat Bimbingan & Konsultasi Psikologi (PBKP) Untar melalui kontak: 081292926276, email layanan: konsul.psikologi@untar.ac.id

Fakultas Psikologi Untar memiliki program sarjana, magister, dan profesi.

Lokasi: Jl. Letjen S. Parman No.1, Jakarta Barat. Website: http://untar.ac.id

Stres Saat Mengasuh Anak? Ini Tips yang Bisa Dilakukan

Kompas.com - 14/12/2022, 21:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Dian Ihsan

Oleh: Naomi Soetikno (Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara) | Rismijati E. Koesma (Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara) | Endriansah Jayanto (Mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Jenjang Magister, Universitas Tarumanagara)

KOMPAS.com – Orangtua bisa saja mengalami stres pengasuhan saat mengurusi anak, terlebih saat pandemic Covid-19.

Jadi, apa itu stress pengasuhan? Menurut Deater-Deckard (2004), stres pengasuhan yaitu serangkaian proses yang mengarah pada reaksi psikologis dan fisiologis yang tidak menyenangkan yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan tuntutan menjadi orangtua.

Seperti yang sedang dialami oleh Anda dan semua orang selama kurang lebih dua tahun ini, pandemi mengubah banyak hal. Pada sektor ekonomi yang sangat terdampak, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang terpaksa gulung tikar, sehingga menyebabkan banyak karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja.

Baca juga: Kiat Erina Gudono Kuliah di Kampus Top Dunia: Belajar 30 Jam

Namun, selain itu, dampak pandemi yang begitu luas juga sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat termasuk dalam keluarga.

Berkaitan dengan dampak pandemi, orangtua yang bekerja dituntut untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan situasi pandemi. Sebagai contoh, skema perusahaan yang berubah dikarenakan harus menjadi skema bekerja di rumah (work from home).

Orangtua yang bekerja juga sudah harus menyesuaikan diri dengan skema kerja yang berbeda pula. Terlebih lagi, anak-anak juga mengalami perubahan skema sekolah yang mencari sekolah secara daring.

Sebagaimana yang sudah tuliskan pada alinea sebelumnya bahwa ada perubahan yang dialami oleh orang tua. Pada orangtua yang tetap harus bekerja di rumah juga dituntut meluangkan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan anaknya.

Dengan kata lain, para orangtua dipaksa oleh lingkungan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Terlebih lagi, biasanya para orang tua bekerja di kantor dapat merasa relatif terganggu dengan anak yang terkadang minta ditemani bermain.

Dengan banyaknya tuntutan yang ada, seperti harus menyesuaikan diri work from home, tenggat waktu pekerjaan yang semakin relatif terbatas, menemani anak bermain dan sekolah daring, dan sebagainya, para orangtua berisiko mengalami stres dan cemas yang juga berdampak pada anak-anaknya.

Baca juga: Menag Minta Pengawas Tindak Kasus Pelecehan dan Kekerasan di Madrasah

Seperti yang sudah dituliskan pada alinea pertama, orangtua rentan mengalami stres pengasuhan.

Lalu, pertanyaannya adalah apa ciri-ciri Anda sebagai orangtua yang mengalami stres pengasuhan? Berikut beberapa ciri-ciri Anda mengalami stres pengasuhan berdasarkan Berry dan Jones (1995):

a. Merasa tidak bahagia dan tidak puas menjadi orangtua

  • Jika ya, Anda mungkin saat ini merasa menjadi orang tua adalah suatu beban yang melelahkan. Anda ingin menyudahi tugas Anda sebagai “orangtua” dengan cara melakukan hal yang mungkin Anda lebih suka.

b. Merasa kewalahan dengan tanggung jawab menjadi orangtua

  • Jika ya, Anda mungkin saat ini sedang dalam kondisi yang sangat lelah dengan berbagai hal, tugas pekerjaan Anda, lingkungan kerja yang mungkin Anda tidak suka, penghasilan bulanan yang dirasa kurang, tugas pekerjaan dari atasan yang berkesan dilebih-lebihkan.

c. Merasa tidak berhasil menjadi orangtua

  • Jika ya, Anda mungkin merasa gagal menjadi orangtua yang baik atau setidaknya sesuai dengan ekspektasi diri sendiri ketika sebelum menjadi orangtua. Dengan berbagai hal yang Anda alami saat ini, Anda mungkin merasa tidak berhasil mendidik anak sesuai dengan ekspektasi Anda. Oleh karena itu, Anda berpikir dan merasa bahwa Anda adalah orang tua yang gagal.

Baca juga: 5 Prospek Kerja Lulusan DKV, Gaji Tinggi dan Banyak Dicari

d. Merasa penyebab utama saya stres adalah anak saya sendiri

  • Jika ya, Anda mungkin saat ini berpikir bahwa anak Anda bukanlah Anak yang sesuai dengan ekspektasi Anda. Mari kita coba renungi, apakah sikap dan perilaku anak Anda merupakan reaksi dari Anda yang sedang stres? Sebelum menilai orang lain (anak Anda), ada baiknya bila mari kita coba nilai diri sendiri terlebih dahulu. Jangan-jangan, diri kita yang menyebabkan orang lain bereaksi demikian. Dalam hal ini adalah mungkin Anda yang sedang stres dan reaksi anak Anda adalah “nakal” karena tidak mendapatkan perhatian dari Anda.

e. Merasa memiliki anak menjadi beban keuangan bagi saya

  • Jika ya, beban finansial memang menjadi stres tersendiri. Apalagi, mungkin anak Anda ingin memiliki berbagai hal, seperti mainan, boneka, beli handphone baru, dan sebagainya. Ada baiknya Anda mengkomunikasikan kondisi keuangan Anda secara jujur dengan anak Anda. Meskipun belum pasti berhasil, anak Anda juga dapat berlatih untuk mengerti kondisi orangtuanya.

f. Merasa kesulitan menyeimbangkan tanggung jawab dengan pekerjaan dan sebagai orang tua

  • Jika ya, Anda sekarang mungkin sedang berpikir bahwa pekerjaan dan anak Anda adalah dua hal yang sama-sama penting. Pekerjaan dibutuhkan karena tentu menjadi penghasilan finansial utama, sedangkan anak Anda menjadi kebahagiaan Anda.

g. Berpikir bila ada kesempatan untuk mengulangi waktu kembali, maka saya memutuskan untuk tidak memiliki anak

  • Jika ya, Anda mungkin saat ini sedang berpikir bahwa memiliki keputusan untuk memiliki anak adalah hal yang salah. Apalagi dalam masa pandemik yang semua hal cenderung tidak menentu.

Baca juga: Sosok Prof. Gudono, Calon Besan Jokowi Pernah Jadi Guru Besar UGM

Setelah membaca tujuh poin di atas, apa yang ada di pikiran Anda? Jika lebih banyak pertanyaan yang sesuai dengan kondisi Anda saat ini, maka Anda mungkin cenderung mengalami stres pengasuhan. Apakah Anda termasuk orangtua yang mengalami stres pengasuhan?

Tenang, Anda tidak sendirian, ada begitu banyak orangtua yang mungkin cenderung merasakan hal yang sama.

Oleh karena itu, perlu kita pahami bersama bahwa stres pengasuhan adalah hal yang normal dan sangat wajar, terlebih lagi pada masa pandemi.

Hanya saja, Anda dapat memberikan respon stres pengasuhan yang lebih positif agar membantu Anda mengurangi stres yang Anda alami pula.

Berikut tips yang ada, sehingga dapat membantu Anda mengurangi stres pengasuhan.

1. Cobalah untuk tidak membawa stres pekerjaan ke dalam rumah

  • Seperti yang diharapkan bersama bahwa rumah Anda adalah tempat Anda beristirahat, sehingga ada baiknya bila Anda tidak perlu membawa pekerjaan kantor ke dalam rumah Anda. Stres mengenai pekerjaan biarlah tetap berada pada jam 08.00 sampai 18:00 WIB. Setelah Anda di rumah, saatnya Anda beristirahat dan bersenang-senang dengan anak dan keluarga Anda.

Baca juga: Ikut SNBP 2023? Pahami Perbedaan NISN dan NPSN

2. Mencari hal yang menyenangkan

  • Ada berbagai aktivitas yang dapat Anda lakukan bersama dengan anak dan/atau pasangan Anda. Sebagai contoh, permainan monopoli, Lego, kartu Uno, dan lain sebagainya. Bahkan, dalam halaman pencarian video seperti YouTube, ada banyak sekali contoh aktivitas yang dapat dilakukan bersama dengan anggota keluarga.

3. Me time

  • Anda juga boleh meluangkan waktu untuk diri Anda sendiri juga lho. Dalam satu hari, mungkin Anda dapat meluangkan waktu sekitar satu jam untuk melakukan hobi Anda. Sebagai contoh, berolahraga, bermain game online, membaca buku, menonton Youtube, dan sebagainya. Hal tersebut berguna untuk mengisi energi Anda kembali yang sudah lelah karena bekerja dan berperan sebagai orang tua.

4. Berkencanlah dengan pasangan

  • Sudah berapa lama sejak Anda terakhir kali berkencan dengan pasangan? Apakah sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan rumah tangga sebagai ayah/ibu? Boleh lho, Anda meluangkan waktu untuk berkencan bersama dengan pasangan, seperti makan malam berdua bersama dan menginap di hotel berdua.

Jadi, stres pengasuhan merupakan bagian dari pengalaman yang mungkin dialami oleh semua orangtua yang sudah memiliki anak. Terlebih lagi, saat ini pandemi mungkin berkesan menambah beban diri Anda sebagai orangtua.

Baca juga: Pernah Kuliah di Singapura, Ini Jurusan yang Dipilih Kaesang Pangarep

Namun, tenang saja, Anda dapat mengurangi stres pengasuhan yang dialami dengan cara melakukan beberapa tips yang sudah dituliskan di atas. Apabila Anda ada biaya lebih, ada baiknya bila Anda berkonsultasi kepada Psikolog Klinis secara profesional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com