Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menjadi Guru Bahagia

Kompas.com - 12/12/2022, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gratitude juga merupakan bentuk emosi atau perasaan yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, ahlak yang baik, habit, personality trait yang akan memengaruhi seseorang bereaksi terhadap situasi (Emmons & McCullough, 2004).

Semakin banyak guru bersyukur, dan menanamkan rasa syukur dalam hidup, maka guru akan merasakan well-being (kebahagiaan) dalam hidupnya (Muthia, Widiasmara, Fahmi 2018).

Rasa syukur guru yang rendah adalah aspek terburuk dari pembelajaran jarak jauh, dan berkaitan pula dengan memburuknya well-being guru.

Faktor yang mendukung guru mempertahankan well-being adalah sumber daya di sekolah, dukungan dari sesama guru atau kepala sekolah, dan juga aspek-aspek individu seperti resilience, coping strategies dan struktur kerja yang jelas.

Oleh sebab itu, gratitude dan social support merupakan faktor yang dapat memengaruhi well-being guru.

Cara untuk memiliki asa syukur:

  1. Count Your Blessings, yaitu menghitung banyak keberkahan yang diperoleh
  2. Mental Subtraction, yaitu membayangkan seolah-olah nikmat itu hilang dari diri Anda, ternyata kalau nikmat itu hilang maka kita merasa kesusahan
  3. Savor, yaitu dengan berhenti sejenak dari aktifitas yang menimbulkan kenikmatan
  4. Thank You tidak sekadar diucapkan, namun dapat juga diungkapkan dari body language, dari membungkukan badan, atau menulis di kertas bertuliskan "terima kasih"

Faktor kedua yang berperan dalam kebahagiaan guru di masa Pandemi Covid-19, yaitu social support (dukungan sosial).

Apabila individu merasa dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri, dan merasa bernilai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama, maka individu akan merasakan adanya dukungan sosial yang berarti (Taylor, 2009).

Dukungan ini didapat dari orangtua, suami, atau orang yang dicintai, keluarga, teman, hubungan sosial dan rekan kerja.

Social support adalah tersedianya sumber psikologis dan material dari jaringan sosial yang bermanfaat bagi kemampuan individu dalam mengatasi stres (Cohen, dalam Oktarina, Cahyadi, & Susanto, 2021).

Dukungan sosial dapat berubah-ubah tergantung kebutuhan individu dan situasi yang sedang dialami.

Penelitian Hauken (2020) yang dilakukan di Norwegia, menunjukkan bahwa social support dapat membantu mengurangi stres, depresi, kegelisahan, meningkatkan self-esteem, self-efficacy, dan meningkatkan well-being.

Di masa pandemi Covid-19, guru tetap mendapatkan kenyamanan dalam mengajar serta merasa memiliki tujuan hidup. Maka mereka yang merasa mendapatkan dukungan sosial akan sangat mungkin mengalami hasil yang baik dalam hidup (Cohen & Wills, 1985).

Tiga cara mendapatkan dukungan dari orang terdekat:

  1. Menjalin komunikasi atau relasi baik dengan keluarga dan orang sekitar
  2. Terlibat dalam berbagai aktivitas atau kegiatan yang diadakan, kegiatan kumpul keluarga, sosial, maupun keagamaan
  3. Berinteraksi dan bertukar pendapat dengan keluarga dan orang sekitar.

Penelitian Qisthy, Sahrani dan Dewi (2022) melibatkan 202 guru honorer di sekolah tingkat menengah, menemukan baik rasa syukur dan dukungan sosial berpengaruh dalam meningkatkan kebahagiaan pada guru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com