AWAL tahun 2022, tepatnya pada 11 Februari 2022, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka secara daring.
Ia mengatakan, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang jauh lebih ringkas, sederhana, dan lebih fleksibel untuk bisa mendukung learning loss recovery akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, Kurikulum Merdeka juga untuk mengejar ketertinggalan Pendidikan Indonesia dari negara-negara lain.
Ada tiga hal yang menjadi keunggulan Kurikulum Merdeka, yaitu: penyederhanaan konten, fokus pada materi esensial, pembelajaran berbasis proyek kolaboratif, aplikatif, dan lintas mata pelajaran, serta rumusan capaian pembelajaran dan pengaturan jam pelajaran yang memberi fleksibilitas untuk merancang kurikulum operasional dan pembelajaran sesuai tingkat kemampuan peserta didik.
Sedangkan strategi pelaksanaan Kurikulum Merdeka, pemerintah menawarkan enam strategi, yaitu:
Meskipun sudah disediakan berbagai strategi implementasi, masih banyak tantangan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Di antaranya perubahan pola pikir para pendidik. Pendekatan pembelajaran yang awalnya diseragamkan untuk semua, kini peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam Kurikulum Merdeka sehingga pendidik harus mampu menjadi fasilitator atau mentor dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek.
Kemudian tantangan dalam sisi guru yang belum siap dan mampu merancang RPP yang baik. Namun hal ini bisa dicarikan solusinya dengan pedoman pelaksanaan kurikulum yang berisi kerangka kurikulum sebagai referensi untuk satuan pendidikan.
Sementara itu, bagi sekolah yang berada di daerah tertinggal dan masih membutuhkan banyak bantuan, perubahan kurikulum yang kurang matang dan berganti terlalu cepat akan sangat memberatkan satuan pendidikan sebagai pelaksana.
Maka, sebagai jalan keluarnya, pelaksanaan IKM harus didasarkan payung hukum yang jelas.
Selanjutnya, perlu menyamakan persepsi antara guru, kepala sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, Dinas Pendidikan, juga pihak terkait mengenai Kurikulum Merdeka secara detail dan jelas.
Serta tentunya Pemerintah menyediakan bantuan berupa anggaran, sarana, dan prasarana yang mendukung Merdeka Belajar.
Hadirnya kurikulum baru selalu menuntut peran guru sebagai garda utama perubahan untuk lebih dahulu mengubah mindset dan meningkatkan kompetensinya agar sesuai dengan tuntutan operasional kurikulum baru.
Rhenald Kasali menyatakan, "Ada dua jenis guru yang kita kenal, yaitu guru kurikulum dan guru Inspiratif."
Guru kurikulum sangat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa mentransfer semua isi buku yang ditugaskan. Ia mengajarkan sesuatu yang standar (habitual thinking) dan jumlahnya sekitar 99 persen.