Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukseskan Obat Modern Asli Indonesia, Peneliti UGM: Ini yang Harus Dilakukan

Kompas.com - 14/11/2022, 15:59 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber UGM

KOMPAS.com - Sejak 1400 tahun yang lalu, masyarakat Indonesia sudah mengenal dengan pengobatan tradisional. Hal itu bisa dilihat dari gambar aktivitas pengobatan pada relief pahatan tembok candi Borobudur.

Tak hanya itu saja, bukti lain mengenai pengobatan tradisional Indonesia itu juga dipertegas dari isi kandengan kitab Centhini mengenai eksistensi pengobatan tradisional, utamanya di Jawa.

Hal itu diungkapkan oleh Dosen FKKMK Unversitas Gadjah Mada (UGM), Dr. ret. nat. Apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc., pada Konferensi Internasional Pengobatan Tradisional (Traditional Medicine).

Konferensi itu diadakan oleh Center of Applied Thai Traditional Medicine (CATTM), Siriraj, Mahidol University, Thailand pada 9-11 November 2022.

Baca juga: Dukung Pembelajaran Mahasiswa, Penerima KIP Kuliah UGM Dipinjami Laptop

CATTM Siriraj merupakan salah satu pusat kolaborasi WHO (WHO Collaborating Center) dalam hal pengobatan tradisional.

Adapun kegiatan itu dihadiri oleh perwakilan dari 10 negara yaitu Thailand, United Kingdom, Iran, Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, dan Hongkong.

Sedangkan wakil dari Indonesia ialah Arko Jatmiko Wicaksono menyampaikan makalah berjudul "Traditional Medicine in Indonesia: Recent Progress on Its Transformation Process".

Dikatakan, di sisi lain tidak sedikit tenaga medis yang enggan meresepkan obat herbal karena kurangnya pengetahuan mereka terkait pengobatan tradisional dan kurangnya data saintifik yang bisa dijadikan pegangan dalam praktek medisnya.

Ia mencontohkan kunyit asam dikenal sebagai suplemen untuk menstruasi dan sudah ada ribuan riset terkait aktivitas farmakologisnya.

Bahkan, uji klinis pada manusia membuktikan sedikitnya efek samping dari penggunaan herbal kunyit. Kendati begitu beberapa literatur mengindikasikan bahwa pada awal kehamilan ternyata kunyit sebaiknya tidak banyak dikonsumsi oleh ibu hamil.

Baca juga: Peneliti UGM Terima Penghargaan Habibie Prize Bidang Kedokteran dan Bioteknologi

Sebab, kunyit mampu merangsang kontraksi uterus sehingga dapat meningkatkan risiko abortus. Sebaliknya, efek memicu kontraksi uterus tersebut bisa jadi justru sangat membantu, jika digunakan pada akhir masa kehamilan untuk merangsang persalinan.

Karena itu, BPOM mengatur dan menggolongkan herbal menjadi 3 jenis yakni:

1. Jamu yang cara pembuatan dan klaim penggunaannya berbasis data empiris.

2. Obat herbal terstandar yang khasiat dan keamanannya sudah dibuktikan melalui serangkaian uji preklinis.

3. Fitofarmaka yaitu herbal yang sudah teruji klinis indikasi penggunaannya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com