Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut, Rektor UGM: Pilih Obat Harus Bijak

Kompas.com - 04/11/2022, 10:04 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber UGM

KOMPAS.com - Kasus gagal ginjal pada anak yang marak beberapa waktu terakhir membuat masyarakat semakin lebih waspada, terutama pada penggunaan obat sirup.

Terkait hal itu, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., mengingatkan pentingnya bijak dalam memilih obat-obatan dan suplemen kesehatan untuk keluarga.

"Ini merupakan satu pelajaran bagi kita bahwa segala sesuatu bisa terjadi," ujar Prof. Ova seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (4/11/2022) pada MyHealth Diary bertajuk “Waspada Gagal Ginjal Akut Pada Anak” di Kanal Youtube UGM.

Namun, fenomena gagal ginjal akut tersebut perlu diwaspadai. Masyarakat tidak perlu heboh atau panik.

Baca juga: Rektor UGM Mewisuda Putrinya yang Lulus dengan IPK 4.00

Ia menjelaskan terkait kasus gangguan ginjal akut di Indonesia yang diduga disebabkan oleh kandungan etilena glikol (EG) dan dietilena glikol (DEG) pada obat sirup, serta penjelasan bagaimana keduanya bisa dijumpai dalam obat sirup.

Kandungan EG dan DEG memang diperlukan

Menurutnya, Co-solvent seperti EG dan DEG, diperlukan karena bahan-bahan obat adalah senyawa kimia yang tidak selalu bisa larut dalam air.

Rektor juga mengatakan bahwa parasetamol termasuk sukar larut dalam air. Jika akan dibuat tablet, maka tidak memerlukan pelarut.

"Tetapi jika akan dibuat dalam bentuk sirup, maka perlu ditambahkan senyawa co-solvent yang akan meningkatkan kelarutannya, supaya senyawa obatnya terdispersi merata dan homogen," terangnya.

Karena itu, agar lebih selektif memilih obat untuk keluarga, cara paling bijak adalah menghindari dulu obat-obat bentuk sediaan sirup ketika ada kekuatiran adanya cemaran EG dan DEG dalam sediaan sirup.

Baca juga: Terkait Obat Sirup Penyebab Gagal Ginjal, Guru Besar UGM: Masih Jadi Misteri

Tak hanya itu saja, Prof. Ova juga menyatakan bahwa penggunaan obat juga perlu menjadi perhatian.

Obat keras yang hanya bisa diperoleh dengan resep dokter harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter.

Sementara untuk obat bebas dan vitamin yang dapat diperoleh tanpa resep masyarakat perlu bertanya kepada apoteker mengenai pilihan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Sedangkan untuk pemilihan suplemen, lebih baik menggunakan vitamin atau mineral dari sumber alami.

"Kecuali pada kondisi khusus yang membutuhkan dosis lebih besar. Jika diperlukan tambahan vitamin, dapat digunakan bentuk-bentuk selain sirup seperti tablet hisap, atau sirup yang sudah dinyatakan aman oleh BPOM," tegasnya.

Bantah anggapan terkait obat herbal

Pada kesempatan itu, Rektor UGM juga membantah anggapan bahwa lebih baik menggunakan obat herbal daripada obat kimia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com