Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Respons Mendikbud Ristek Soal Penghapusan PR Siswa SD dan SMP

Kompas.com - 25/10/2022, 06:18 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menghapus pekerjaan rumah (PR) bagi pelajar SD dan SMP yang akan berlaku mulai 10 November 2022.

Adanya rencana itu direspons baik oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim.

Baca juga: 2 Sekolah Kedinasan Tidak Gunakan Syarat Tinggi Badan, Ini Dia

Menurut dia, siswa di sekolah tidak perlu diberikan pekerjaan rumah yang banyak, khususnya siswa SD. Itu karena akan memberatkan mereka.

"Tidak perlu ada PR rutin, seperti tugas dari LKS (lembar kerja siswa). Itu sangat mengambil waktu," ucap dia saat ditemui di Pontianak, Senin (24/10/2022).

Sekolah, kata dia, seharusnya bisa menyesuaikan minat dan bakatnya masing-masing dari siswa SD.

"Jadi yang menurut mereka interest saja, terutama ini untuk siswa SD," tegas dia.

Nadiem menyebut, PR yang diberikan kepada siswa itu harus ringan, seperti meningkatkan kapasitas membaca.

"Karena PR merupakan bagian dari project, kalau tidak ambil ekstrakurikuler, mereka pasti senang," tutur dia.

Meski menyambut baik rencana penghapusan PR bagi siswa SD dan SMP di Surabaya, tetapi keputusan itu dikembalikan lagi ke masing-masing pemerintah daerah (Pemda), seperti yang dilakukan di Surabaya.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan bahwa kegiatan mengerjakan PR yang selama ini dilakukan di rumah akan digantikan dengan dua jam pelajaran yang digunakan untuk pendalaman karakter siswa.

"Contohnya, jam belajar yang selesai pukul 12.00 WIB akan dilanjutkan pendalaman karakter sampai pukul 14.00 WIB," ucap dia.

Baca juga: 10 Tips Atasi Anak Alami Demam Tinggi ala Dosen FK UM Surabaya

PR jangan bebani siswa

Eri mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut akan dimulai pada 10 November 2022, yakni bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.

Dia meminta sekolah agar PR tidak membebani siswa. Sebab, Pemkot Surabaya tengah mengedepankan proses pertumbuhan karakter siswa.

"Sebetulnya PR itu jangan membebani anak-anak, tapi yang saya ubah PR itu adalah untuk kegiatan pembentukan karakter. Saya harap meskipun ada PR, tapi tidak terlalu berat dan terlalu banyak, yang penting adalah pertumbuhan karakter mereka," kata Eri.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, pihaknya sangat serius untuk mengurangi beban siswa dalam hal menghapus PR.

Baca juga: Mendikbud: Program Merdeka Belajar di Kalbar Sudah Dirasakan Para Guru

"Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya, dua jam sudah efektif, anak-anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengambangan bakat masing-masing. Ada lukis, menari, mengaji, dan lainnya," ucap Yusuf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com